Tuesday, October 29, 2019

ANALISIS KESALAHAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


BAB VII
ANALISIS KESALAHAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Semester 3

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd

 

Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

A. PENGERTIAN KESALAHAN BERBAHASA
Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah dalam pemakaian bahasa. Kesalahan yang dilakukan anak kecil disebut errors (silap). Kesalahan yang dilakukan oleg orang dewasa (yang sudah menguasai bahasa pertama) disebut mistake (kesalahan). Anak kecil yang yang akan mempelajari bahasa asing tetapi dia belum pubertas, para ahli menyebutnya penyimpangan pemerolehan (acquisition). Usaha untuk membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar adalah mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan berbahasa yang mereka lakukan.

B. BAHASA ANTARA BUKAN KESLAAHAN BERBAHASA
Bahasa antara merupakan bahasa yang dihasilkan oleh seseorang yang sedang dalam proses menguasai bahasa kedua. Ciri utama bahasa antara adalah adanya penyimpangan struktur lahir dalam bentuk kesilapan berbahasa. Kesilapan-kesilapan itu bersifat sistemis dan terjadi pada setiap orang yang berusaha menguasai bahasa kedua.

Menurut Corder (1971), Salah (mistake) adalah penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena penutur tidak mampu menentukan pilihan penggunaan ungkapan yang tepat sesuai dengan situasi yang ada. Selip (lapses) merupakan penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat. Kesalahan berbahasa yang disebut “selip” disebabkan oleh faktor non-lingual, seperti kelelahan, kehilangan konsentrasi, tergesa-gesa dan sebagainya. Silap (errors) merupakan penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa. Faktor yang menyebabkan timbulnya kesilapan adalah faktir kebahasaan yang mengikuti pola-pola tertentu.

Kesalahaan berbahasa yang disebut mistake terjadi secara tidak sistematis. Corder menyebutnya dengan istilah errors of perfomance. Permasalahan kesilapan adalah permasalahan bahasa antara . konsep bahasa antara sama dengan konsep interlanguange (Selinker, 1972), idiosyncratic dialect (Corner, 1971), approximative system (Nemser, 1971) atau transitional competence (Richards, 1971).

Data-data yang dipakai untuk mengamati bahasa antara pembelajar adalah data yang ada relevansinya dengan bahasa antara itu sendiri, yaitu: (a) ujaran bahasa asli penutur yang dihasilkan oleh pembelajar, (b) ujaran bahasa antara yang dihasilkan oleh pembelajar, dan (c) ujaran bahasa sasaran (B2) yang dihasilkan oleh penutur asli bahasa. Data inilah yang dapat digunakan untuk mempelajari psikologi belajar bahasa pembeljaar dengan cara mengidentifikasi bahasa antara pembelajar (Selinker, 1972).

C. SEBAB TERJADINYA KESALAHAN DALM PROSES BELAJAR BAHASA
Proses sentral adalah proses belajar bahasa kedua atau baahasa asing yang terjadi pada sistem kognisi pembelajar. Selinker (1972) menyebutkan lima proses sentral yan terjadi pada bahasa antara pembelajaran, yaitu :
a. Transfer bahasa sebagai kesilapan yang terjadi karena pemindahan unsur-unsur bahasa pertama yang telah memfosil ke dalam bahasa kedua.
b. Transfer of training sebagai kesilapan karena prosedur pengajaran.
c. Strategi belajar B2 dapat menimbulkan kesilapan karena pendekatan yang dilkaukan oleh pembelajar terhadap materi kaidah bahasa kedua yang sedang dipelajari.
d. Strategi komunikasi sebagai kesilapan yang terjadi karena pendekatan yang dilakukan oleh pembelajar dalam komunikasi dengan orang lain/penutur asli.
e. Over generalization sebagai kesilapan yang disebabkan oleh generalisasi yang berlebihan.

Richards (1973) mengidentifikasikan proses sentral bahasa antara pembelajar ini menjadi dua yaitu :
a. Kesilapan interlingual sebagai kesilpaan yang terjadi karena pengaruh bahasa ibu.
b. Kesilapan intralingual sebagai kesilapan yang terjadi karena komplekkitas bahasa kedua yang dipelajari. Dikategorikan menjadi empat, yaitu : Over generalization, Ignorance of rule restriction, Incomplate application of rules, dan False concept hypothesized.

Piet Corder (1973) menyebutkan ada tiga proses sentral, yaitu :
a. Karena transfer, kesilapan karena pengaruh bahasa ibu.
b. Analogi atau generalisasi secara berlebihan dalam menerapkan kaidah bahasa yang sedang dipelajari dalam konteks yang keliru.
c. Karena pengajaran yang salah yaitu kurang efisiennya proses pengajaran, bahasa kedua baik yang menyangkut materi, teknik maupun metodologi pengajaran.

Tayler (1975) mengidentifikasi kesilapan ini menjadi lima, yaitu :
a. Generalisasi yang berlebihan.
b. Transfer.
c. Terjemahan (kesilpaan yang menyebabkan berubahnya jawaban yang dikehendaki)
d. Kesilapan yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Kesilapan yang tidak perlu dipertimbangkan (dalam Huda, 1981).

Dulay dan Burt (1982) dalam bukunya yang berjudul Language Two mengemukakan bahwa kesilapan (mereka memakai istilah goofing) berdasarkan struktur lainnya dikategorikan menjadi empat yaitu :
a. Kesimpulan yang mencerminkan struktur bahasa ibu tetapi struktur tidak dapat ditemukan pada data pemerolehan B1 dalam B2 (inference like goof).
b. Kesilapan yang mencerminkan struktur B2, tetapi strukturnya dapat ditemukan pada data pemerolehan B1 dan B2 (L1 developmental goof).
c. Kesilapan yang struktur lahirnya tidak dapat dikategorikan pada salah satu struktur B1 dan B2 (ambigous goof).
d. Kesilapan, yang tidak mencerminkan struktur B1 dan strukturnya tidak dapat dikemukan pada data pemerolehan B1 dan B2 (unique goof).

D. LANGKAH ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Pertama, tahap mengenal kalimat-kalimat idiosinkretik. Kedua, mendeskripsikan bahasa antara berdasarkan pasangan-pasangan kalimat yang baik dan jelek strukturnya di atas tadi. Metode yang disampaikan  pada dasarnya adalah metode perbandingan dwibahasa. Ketiga, penjelasan.

E. IMPLIKASI AKs DALAM PBI
Sebab-sebab terjadinya kesalahan dalam PBI adalah (1) pengertian yang kacau, (2) interferensi, (3) karena logika yang belum masak, (4) karena analogi, (5) sikap sembrono (Soepomo, 1977).
Banyak peneliti bahasa dan guru bahasa belum mampu mengidentifikasi sebab-sebab kesalahan serta seberapa tingkat kesalahan yang diperbuat oleh pembelajar dalam berbahasa.

Bertolak dari teori-teori dasar analisis “bahasa antara” melalui analisis kesalahan serta berbagai sebab terjasinya, kiranya analisis kesalahan dapat diterapkan untuk meningkatkan keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Argumen-argumen yang di kemukakan antara lain :
a. Masyarakat Indonesia yang kebanyakan dwibahasawan dengan B1 berupa BD memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan kesalahan ber-BI.
b. Kemungkinan timbulnya kesulitan guru untuk menerapkan analisis kesalahan dalam pengajaran bahasa (BI) sangat kecil karena semua guru menguasai BI secara baik sedang seandainya guru tidak menguasai B1, pembelajaran idak akan kesulitan untuk mendapatkan bantuan penutur asli.
c. Pembelajaran-pembelajaran kebanyakan bukan orang yang asing sama sekali dengan BI sehingga kemungkinan keberhasilannya jauh lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar

No comments:

Post a Comment