BAB
V
ANALISIS KONTRASTIF (AK) DALAM PEMBELJARAN BAHASA
RESUME
Diajukan untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Semester 3
Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118
A. MEMAHAMI AK
Hambatan dalam penggunaan B2 adalah
tercampurnya sistem bahasa pertama B1 dengan sistem B2. Manusia memperoleh
bahasa melalui proses yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang terlibat dalam
proses penguasaan bahasa adalah berupa bunyi, sistem bunyi dan struktur
gramatik yang dipakai sebagai sarana agar fungsi komunikatif dapat berlangsung
dan faktor sistem bahasa (berupa unit-unit dan struktur kebahasaan).
Faktor-faktor psikologi adalah :
a.
Pemerolehan B2,
b.
Hakikat belajar (baik menurut pandangan kaum behavirois maupun kaum
kognitiv),
c.
Faktor kepribadian,
d.
Dimensi-dimensi sosiokultural (Brown, 1980)
Fries (1945) mengajukan hipotensi bahwa
materi pengajaran yang paling efektif dalam proses mengusai B2 adalah materi
yang didasarkan pada deskripsi secara menegani bahasa target yang akan
dipelajari dan kemudian dibandingkan dengan bahasa ibu. Tori Chomsky (1968)
mengenal kesemestaan bahasa dan teori tentang struktur batin bahasa , AKA seaakan
mendapat dukungan akan kebenaran teorinya.
Ronald Wardhaugh (1970) dalam paper kecilnya
berjudul Contrastif Analysis memaparkan
kelemahan AK dan menyarankan perlunya periode tenang (silent period) sambil menunggu munculnya metode linguistik dan
analisis kebudayaan yang sempurna.
Betapapun keraguaan dan kritik terhadap AK
muncul dari berbagai penjuru, bukan berarti sudah tertutup jalan untuk mencari
kemungkinan diterakpannya AK dalam mengajarkan bahasa kedua.
B. LINGUISTIK KONTRASTIF
Linguistik Kontrastif adalah suatu cabang
ilmu bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkron dua bahasa sedemikian
rupa sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa itu bisa dilihat (Lado,
1957). Lado mengajurkan bahwa pengontasan bahasa dilakukan berdasarkan
fonologi, struktur gramatik, kosakata serta sistem tulisan. Struktur gramatik
adalah kontruksi bahasa yang lazim digunakan oleh penutur asli dalam
berkomunikasi.
Kelompok VL dan VK adalah VM (versi moderat),
mencoba merasionalisasi AK berdasarkan tiga sumber, yaitu :
a.
Pengalaman dalam praktik mengajar para guru bahasa kedua,
b.
Studi mengenai bahasa, dan
c.
Teori belajar bahasa.
Lee mengajukan asumsi bahwa AK perlu
dilakukan karena :
a.
Penyebab utama kesulitan belajar bahasa kedua adalah interferensi dari
bahasa ibu pembelajar,
b.
Kesulitan itu terjadi karena perbedaan dari kedua sistem bahasa itu,
c.
Semakin besar perbedaan kedua bahasa semakin besar pula kesulitannya,
d. Hasil perbandingan dari dua bahasa itu perlu untuk meramalkan kesulitan
dan kesalahan yang akan terjadi dalam belajar bahasa kedua, dan
e. Apa yang diajarkan harus sesuai dengan perbedaan yang ada dari kedua
sistem bahasa itu berdasarkan hasil analisis perbedaan.
Adapun versinya, usaha untuk mengontraskan
dua sistem bahasa hendaknya dilakukan dengan langkah-langkah :
a.
Deskripsi kedua bahasa yang akan dikontraksikan,
b.
Seleksi unsur-unsur persamaan dan perbedaan kedua bahasa,
c.
mengontraskan perbedaan sistem kedua bahasa, dan
e.
Meramalkan sebab-sebab kesulitan belajar berdasarkan hasil pengontrasan
tersebut.
Bila kita simak kebelakang, munculnya AK
sebetulnya didasarkan pada 3 asumsi :
a.
Pengalaman mengajr guru-guru bahasa asing yang selalu menemukan
kesalahan bahwa kesalahan berbahasa yang dipelajari pembelajar selalu dapat
ditelusur kembali melalui bahasa ibu pembelajar.
b. Studi tentang kontak bahasa dalam situasi kedwibahasaan yang selalu
dicatat adanya inferensi yang oleh Weinreich.
c. Teori belajar terutama teori transfer yang dipandang sebagai fasilitasi
yang bersifat positif, di samping ada interferensi yang bersifat negatif
(Jakobovits, 1969; Caroll, 1968).
Berdasarkan asumsi di atas AK pada dasarnya
bertujuan :
1. Untuk menegakkan kesemestaan bahasa serta
ciri-ciri kahas dari masing-masing bahasa.
2. Ingin
mengukuhkan pendapat pembelajar B2 bahwa bahasa itu berbeda-beda.
3. Pengembangan
materi pengajaran bahasa.
Usaha-usaha yang harus dilakukan agar tujuan
belajar bahasa kedua berhasil :
a. Menetapkan materi yang terpilih,
b.
Mengadakan analisis ilmiah pada materi bahasa yang sudah terpilih untuk
mendapatkan hasil yang signifikan tentang struktur dan sistem kedua bunyi
bahasa, dan
c. Mengadakan perbandingan antara bahasa kedua dengan bahasa ibu pembelajar
(Fries, 1945).
C. KRITIK TERHADAP AK
Kritik pertama dikemukakan oleh Ronald
Wardhaugh (1970) bahwa AK menimbulkan ketidakpastian karena tidak memandainya
teori linguistik yang ada.
Kritik kedua dikemukakan oleh Whitman dan
Jackson (1972) ketika mereka mengadakan tes empirik terhadap teori AK
Kritik ketiga dikemukakan oleh Brown (1980)
bahwa AK yang populer itu ternyata hanya berhasil meramalkan kesulitan dalam
bidang fonologi.
Kritik keempat dikemukakan oleh Abdul Wahad
(tidak dipublikasikan) bahwa penerapan AK terhadap dua sistem bahasa yang
sangat berbeda harus ditinjau kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
No comments:
Post a Comment