BAB VII
ANALISIS KESALAHAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
RESUME
Diajukan untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Semester 3
Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118
A. PENGERTIAN KESALAHAN BERBAHASA
Kesalahan berbahasa
adalah penyimpangan kaidah dalam pemakaian bahasa. Kesalahan yang dilakukan
anak kecil disebut errors (silap).
Kesalahan yang dilakukan oleg orang dewasa (yang sudah menguasai bahasa
pertama) disebut mistake (kesalahan).
Anak kecil yang yang akan mempelajari bahasa asing tetapi dia belum pubertas,
para ahli menyebutnya penyimpangan pemerolehan (acquisition). Usaha untuk membantu tercapainya tujuan belajar
bahasa pembelajar adalah mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi
kekeliruan-kekeliruan berbahasa yang mereka lakukan.
B. BAHASA ANTARA BUKAN KESLAAHAN BERBAHASA
Bahasa antara
merupakan bahasa yang dihasilkan oleh seseorang yang sedang dalam proses
menguasai bahasa kedua. Ciri utama bahasa antara adalah adanya penyimpangan
struktur lahir dalam bentuk kesilapan berbahasa. Kesilapan-kesilapan itu
bersifat sistemis dan terjadi pada setiap orang yang berusaha menguasai bahasa
kedua.
Menurut Corder
(1971), Salah (mistake) adalah
penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena penutur tidak mampu menentukan
pilihan penggunaan ungkapan yang tepat sesuai dengan situasi yang ada. Selip (lapses) merupakan penyimpangan bentuk
lahir karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat.
Kesalahan berbahasa yang disebut “selip” disebabkan oleh faktor non-lingual,
seperti kelelahan, kehilangan konsentrasi, tergesa-gesa dan sebagainya. Silap (errors) merupakan penyimpangan bentuk
lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya
kaidah bahasa. Faktor yang menyebabkan timbulnya kesilapan adalah faktir
kebahasaan yang mengikuti pola-pola tertentu.
Kesalahaan
berbahasa yang disebut mistake
terjadi secara tidak sistematis. Corder menyebutnya dengan istilah errors of perfomance. Permasalahan
kesilapan adalah permasalahan bahasa antara . konsep bahasa antara sama dengan
konsep interlanguange (Selinker,
1972), idiosyncratic dialect (Corner, 1971), approximative system (Nemser, 1971) atau
transitional competence (Richards, 1971).
Data-data yang
dipakai untuk mengamati bahasa antara pembelajar adalah data yang ada
relevansinya dengan bahasa antara itu sendiri, yaitu: (a) ujaran bahasa asli
penutur yang dihasilkan oleh pembelajar, (b) ujaran bahasa antara yang
dihasilkan oleh pembelajar, dan (c) ujaran bahasa sasaran (B2) yang dihasilkan
oleh penutur asli bahasa. Data inilah yang dapat digunakan untuk mempelajari
psikologi belajar bahasa pembeljaar dengan cara mengidentifikasi bahasa antara
pembelajar (Selinker, 1972).
C. SEBAB TERJADINYA KESALAHAN DALM PROSES BELAJAR BAHASA
Proses sentral
adalah proses belajar bahasa kedua atau baahasa asing yang terjadi pada sistem
kognisi pembelajar. Selinker (1972) menyebutkan lima proses sentral yan terjadi
pada bahasa antara pembelajaran, yaitu :
a. Transfer
bahasa sebagai kesilapan yang terjadi karena pemindahan unsur-unsur bahasa
pertama yang telah memfosil ke dalam bahasa kedua.
b. Transfer of training sebagai kesilapan
karena prosedur pengajaran.
c. Strategi
belajar B2 dapat menimbulkan kesilapan karena pendekatan yang dilkaukan oleh
pembelajar terhadap materi kaidah bahasa kedua yang sedang dipelajari.
d. Strategi
komunikasi sebagai kesilapan yang terjadi karena pendekatan yang dilakukan oleh
pembelajar dalam komunikasi dengan orang lain/penutur asli.
e. Over generalization sebagai kesilapan
yang disebabkan oleh generalisasi yang berlebihan.
Richards
(1973) mengidentifikasikan proses sentral bahasa antara pembelajar ini menjadi
dua yaitu :
a. Kesilapan interlingual sebagai kesilpaan yang
terjadi karena pengaruh bahasa ibu.
b. Kesilapan intralingual sebagai kesilapan yang
terjadi karena komplekkitas bahasa kedua yang dipelajari. Dikategorikan menjadi
empat, yaitu : Over generalization, Ignorance of rule restriction, Incomplate application of rules, dan False concept hypothesized.
Piet Corder
(1973) menyebutkan ada tiga proses sentral, yaitu :
a. Karena
transfer, kesilapan karena pengaruh bahasa ibu.
b. Analogi
atau generalisasi secara berlebihan dalam menerapkan kaidah bahasa yang sedang
dipelajari dalam konteks yang keliru.
c. Karena
pengajaran yang salah yaitu kurang efisiennya proses pengajaran, bahasa kedua
baik yang menyangkut materi, teknik maupun metodologi pengajaran.
Tayler (1975)
mengidentifikasi kesilapan ini menjadi lima, yaitu :
a.
Generalisasi yang berlebihan.
b. Transfer.
c. Terjemahan
(kesilpaan yang menyebabkan berubahnya jawaban yang dikehendaki)
d. Kesilapan
yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Kesilapan
yang tidak perlu dipertimbangkan (dalam Huda, 1981).
Dulay dan Burt
(1982) dalam bukunya yang berjudul Language
Two mengemukakan bahwa kesilapan
(mereka memakai istilah goofing)
berdasarkan struktur lainnya dikategorikan menjadi empat yaitu :
a. Kesimpulan
yang mencerminkan struktur bahasa ibu tetapi struktur tidak dapat ditemukan
pada data pemerolehan B1 dalam B2 (inference
like goof).
b. Kesilapan
yang mencerminkan struktur B2, tetapi strukturnya dapat ditemukan pada data
pemerolehan B1 dan B2 (L1 developmental
goof).
c. Kesilapan
yang struktur lahirnya tidak dapat dikategorikan pada salah satu struktur B1
dan B2 (ambigous goof).
d. Kesilapan,
yang tidak mencerminkan struktur B1 dan strukturnya tidak dapat dikemukan pada
data pemerolehan B1 dan B2 (unique goof).
D. LANGKAH ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Pertama, tahap
mengenal kalimat-kalimat idiosinkretik.
Kedua, mendeskripsikan bahasa antara
berdasarkan pasangan-pasangan kalimat yang baik dan jelek strukturnya di atas
tadi. Metode yang disampaikan pada dasarnya
adalah metode perbandingan dwibahasa. Ketiga,
penjelasan.
E. IMPLIKASI AKs DALAM PBI
Sebab-sebab
terjadinya kesalahan dalam PBI adalah (1) pengertian yang kacau, (2)
interferensi, (3) karena logika yang belum masak, (4) karena analogi, (5) sikap
sembrono (Soepomo, 1977).
Banyak
peneliti bahasa dan guru bahasa belum mampu mengidentifikasi sebab-sebab
kesalahan serta seberapa tingkat kesalahan yang diperbuat oleh pembelajar dalam
berbahasa.
Bertolak dari
teori-teori dasar analisis “bahasa antara” melalui analisis kesalahan serta
berbagai sebab terjasinya, kiranya analisis kesalahan dapat diterapkan untuk
meningkatkan keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Argumen-argumen
yang di kemukakan antara lain :
a. Masyarakat
Indonesia yang kebanyakan dwibahasawan dengan B1 berupa BD memiliki kecenderungan
yang lebih besar untuk melakukan kesalahan ber-BI.
b. Kemungkinan
timbulnya kesulitan guru untuk menerapkan analisis kesalahan dalam pengajaran
bahasa (BI) sangat kecil karena semua guru menguasai BI secara baik sedang
seandainya guru tidak menguasai B1, pembelajaran idak akan kesulitan untuk
mendapatkan bantuan penutur asli.
c.
Pembelajaran-pembelajaran kebanyakan bukan orang yang asing sama sekali dengan
BI sehingga kemungkinan keberhasilannya jauh lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Belajar