Saturday, May 30, 2020

WACANA DAN BUDAYA


BAB IX
WACANA DAN BUDAYA

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pragmatik

Semester 4

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd


 

Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

Penyelidikan tentang ruang lingkup yang jauh lebih luas dari bentuk dan fungsi dari apa yang dikatakan dan dituliskan ini dinamakan analisis wacana.

ANALISIS WACANA
Analisis wacana mencakup rentangan aktivitas-aktivitas yang luas, dari penelitian yang terfokus secara sempit tentang bagaimana kata-kata seperti 'oh' atau 'baiklah' digunakan dalam percakapan umum, sampai pada studi tentang idiologi yang dominan dalam suatu budaya, misal seperti yang dihambarkan dalam praktik politik dan pendidikan. Analisis wacana memfokuskan pada catatan prosesnya (lisan atau tertulis) di mana bahasa itu digunakan dalam konteks-konteks untuk menyatakan keinginan.
Dalam perspektif struktural ini, fokus ada pada topik, misalnya hubungan eksplisit antara kalimat dalam teks yang menciptakan suatu kohesi, atau unsur-unsur susunan tekstual yang bersifat menceritakan, misalnya karena perbedaan pernyataan pendapat dengan tipe-tipe teks lain. Studi ini cenderung berfokus pada aspek-aspek tentang apa yang tidak dikatakan atau tidak dituliskan (belum disampaikan) dalam wacana yang sedang dianalisis.

KOHERENSI
Apa yang ada dalam benak pemakaian bahasa sebagai besar adalah suatu asumsi koherensi, yaitu yang dikatakan atau dituliskan mengandung arti sesuai dengan pengalaman mereka. Pengalaman itu akan diartikan secara lokal oleh masing-masing individu dan karena itu pengalaman akan terkait dengan keakraban dan harapan.
Penekanan pada keakraban dan pengarahan sebagai dasar koherensi itu perlu karena terbukti bahwa kita cenderung membuat penafsiran seketika terhadap materi yang dikenal dan cenderung tidak memperhatikan kemungkinan alternatif lain.

PENGETAHUAN LATAR BELAKANG
Istilah yang paling umum untuk pola jenis ini ialah skema (jamaknya; skemata). Skema ialah struktur pengetahuan sebelumnya yang ada dalam ingatan. Jika ada pola tetap, yang pasti pada skema, pola tetap yang pasti ini disebut bingkai. Bingkai yang dimiliki bersama oleh setiap orang dalam kelompok sosial aka menjadi versi prototipe.
Jika tipe-tipe skemata yang sifatnya lebih dinamis di pertimbangkan, maka tipe-tipe itu lebih serius dideskripsikan sebagai catatan. Catatan (script) adalah struktur pengetahuan sebelumnya yang ada yang melibatkan tata urutan peristiwa. Konsep sebuat catatan secara sederhana merupakan suatu cara pengenalan beberapa urutan tindakan yang diharapkan dalam suatu peristiwa.

SKEMATA BUDAYA
Hampir tidak dapat dihindarkan bahwa struktur pengetahuan latar belakang kita, skemata kita untuk mengartikan dunia, akan ditentukan secara budaya. Kita mengambangkan skemata budaya kita dalam konteks pengalaman dasar kita.
Karena adanya beberapa perbedaan yang nyata (misalnya, alas duduk sebagai pengganti kursi), kami siap memodifikasi keterangan-keterangan skema budaya. Akan tetapi, untuk beberapa perbedaan yang tidak kentara lainnya, kak seringkali tidak mengenalinya karena mungkin terdapat salah tafsir berdasar pada skemata yang berbeda.

PRAGMATIK LINTAS BUDAYA
Studi perbedaan-perbedaan harapan berdasarkan skemata budaya merupakan bagian dari ruang lingkup yang luas yang umunya bagian dari ruang lingkungan yang luas yang umumnya dikenal sebagai Pragmatik lintas budaya. Kosep-konsep dan terminologi itu mungkin memberikan suatu ketangka analitik dasar, tetapi realisasi dari konsep-konsep itu mungkin berbeda secara substansi denga contoh bahasa Inggris yang diberikan di sini.
Bagaiman jika kita mrngansumsikan suatu kesimpulan budaya dengan tidak mengatakan sesuatu yang Anda ketahui sebagai masalah dalam berbagai situasi? Kesimpulan yang sedemikian ini dilaporkan dalam kebanyakan budaya dan dengan jelas membutuhkan pendekatan yang berbeda terhadap hubungan antara Maksim kualitas dan kuantitas dalam suatu pemahaman pragmatik yang lebih komprehensif.
Jika kita mencari jenis-jenis tindak tutur, kita tidak melibatkan observasi apapun tentang perbedaan yang subtansial yang mungkin ada secara lintas budaya dalam menafsirkan konsep-konsep seperti 'pemberian pujian', 'ucapan terima kasih', atau 'permintaan maaf'. Gaya pemberian pujian tipe Inggris-Amerika menciptakan rasa malu yang sangat bagi pendengar orang pribumi Indian-Amerika (Pujian ini dirasakan sangat berlebihan) dan dapat menimbulkan reaksi yang sama terhadap permintaan maaf bagi pendengar orang Jepang (pujian ini dirasakan mustahil untuk diterima).
Studi tentang budaya cara bertutur yang berbeda kadang-kadang disebut pragmatik kontranstif. Jika penelitian difokuskan secara lebih khusus pada tingkah laku komunikatif dari orang yang bukan penutur asli, sambil berusaha untuk berkomunikasi dalam bahasa kedua mereka, penelitian ini dideskripsikan sebagai pragmatik antar bahasa. Studi yang demikian ini semakin menyatakan bahwa kita semua berbicara dengan sesuatu yang disebut lihat pragmatik, yaitu aspek-aspek yang menunjukkan sesuatu yang kita asumsikan dapat dipahami tanpa dikatakan.
Jika kita memiliki harapan pada semua pengembangan kapasitas komunikasi lintas budaya, kita harus mencurahkan perhatian lebih banyak pada pemahaman tentang sesuatu yang menjadi ciri logat pragmatik, tidak hanya pada pemahaman logat pragmatik milik orang lain, tetapi juga pemahaman logat pragmatik kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Yule, George. 2014, Pragmatik. Yogyakarta : Celeban Timur UH III/548

No comments:

Post a Comment