BAB
IX
WACANA
DAN BUDAYA
RESUME
Diajukan
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pragmatik
Semester
4
Dosen
Pengampuh
M.
Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun
Oleh :
Alfa
Julia (18188201008)
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN
18 A
UNIVERSITAS
PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki
Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118
Penyelidikan
tentang ruang lingkup yang jauh lebih luas dari bentuk dan fungsi dari apa yang
dikatakan dan dituliskan ini dinamakan analisis wacana.
ANALISIS
WACANA
Analisis wacana
mencakup rentangan aktivitas-aktivitas yang luas, dari penelitian yang terfokus
secara sempit tentang bagaimana kata-kata seperti 'oh' atau 'baiklah' digunakan
dalam percakapan umum, sampai pada studi tentang idiologi yang dominan dalam
suatu budaya, misal seperti yang dihambarkan dalam praktik politik dan
pendidikan. Analisis wacana memfokuskan pada catatan prosesnya (lisan atau
tertulis) di mana bahasa itu digunakan dalam konteks-konteks untuk menyatakan
keinginan.
Dalam perspektif
struktural ini, fokus ada pada topik, misalnya hubungan eksplisit antara
kalimat dalam teks yang menciptakan suatu kohesi, atau unsur-unsur susunan
tekstual yang bersifat menceritakan, misalnya karena perbedaan pernyataan
pendapat dengan tipe-tipe teks lain. Studi ini cenderung berfokus pada
aspek-aspek tentang apa yang tidak dikatakan atau tidak dituliskan (belum
disampaikan) dalam wacana yang sedang dianalisis.
KOHERENSI
Apa yang ada
dalam benak pemakaian bahasa sebagai besar adalah suatu asumsi koherensi,
yaitu yang dikatakan atau dituliskan mengandung arti sesuai dengan pengalaman
mereka. Pengalaman itu akan diartikan secara lokal oleh masing-masing individu
dan karena itu pengalaman akan terkait dengan keakraban dan harapan.
Penekanan pada
keakraban dan pengarahan sebagai dasar koherensi itu perlu karena terbukti
bahwa kita cenderung membuat penafsiran seketika terhadap materi yang dikenal
dan cenderung tidak memperhatikan kemungkinan alternatif lain.
PENGETAHUAN
LATAR BELAKANG
Istilah yang
paling umum untuk pola jenis ini ialah skema (jamaknya; skemata). Skema
ialah struktur pengetahuan sebelumnya yang ada dalam ingatan. Jika ada pola
tetap, yang pasti pada skema, pola tetap yang pasti ini disebut bingkai. Bingkai
yang dimiliki bersama oleh setiap orang dalam kelompok sosial aka menjadi versi
prototipe.
Jika tipe-tipe
skemata yang sifatnya lebih dinamis di pertimbangkan, maka tipe-tipe itu lebih
serius dideskripsikan sebagai catatan. Catatan (script) adalah struktur
pengetahuan sebelumnya yang ada yang melibatkan tata urutan peristiwa. Konsep
sebuat catatan secara sederhana merupakan suatu cara pengenalan beberapa urutan
tindakan yang diharapkan dalam suatu peristiwa.
SKEMATA
BUDAYA
Hampir tidak
dapat dihindarkan bahwa struktur pengetahuan latar belakang kita,
skemata kita untuk mengartikan dunia, akan ditentukan secara budaya. Kita
mengambangkan skemata budaya kita dalam konteks pengalaman dasar kita.
Karena adanya
beberapa perbedaan yang nyata (misalnya, alas duduk sebagai pengganti kursi),
kami siap memodifikasi keterangan-keterangan skema budaya. Akan tetapi, untuk
beberapa perbedaan yang tidak kentara lainnya, kak seringkali tidak
mengenalinya karena mungkin terdapat salah tafsir berdasar pada skemata yang
berbeda.
PRAGMATIK
LINTAS BUDAYA
Studi
perbedaan-perbedaan harapan berdasarkan skemata budaya merupakan bagian dari
ruang lingkup yang luas yang umunya bagian dari ruang lingkungan yang luas yang
umumnya dikenal sebagai Pragmatik lintas budaya. Kosep-konsep dan
terminologi itu mungkin memberikan suatu ketangka analitik dasar, tetapi
realisasi dari konsep-konsep itu mungkin berbeda secara substansi denga contoh
bahasa Inggris yang diberikan di sini.
Bagaiman jika
kita mrngansumsikan suatu kesimpulan budaya dengan tidak mengatakan sesuatu
yang Anda ketahui sebagai masalah dalam berbagai situasi? Kesimpulan yang
sedemikian ini dilaporkan dalam kebanyakan budaya dan dengan jelas membutuhkan
pendekatan yang berbeda terhadap hubungan antara Maksim kualitas dan kuantitas
dalam suatu pemahaman pragmatik yang lebih komprehensif.
Jika kita
mencari jenis-jenis tindak tutur, kita tidak melibatkan observasi apapun
tentang perbedaan yang subtansial yang mungkin ada secara lintas budaya dalam
menafsirkan konsep-konsep seperti 'pemberian pujian', 'ucapan terima kasih',
atau 'permintaan maaf'. Gaya pemberian pujian tipe Inggris-Amerika menciptakan
rasa malu yang sangat bagi pendengar orang pribumi Indian-Amerika (Pujian ini
dirasakan sangat berlebihan) dan dapat menimbulkan reaksi yang sama terhadap
permintaan maaf bagi pendengar orang Jepang (pujian ini dirasakan mustahil
untuk diterima).
Studi tentang
budaya cara bertutur yang berbeda kadang-kadang disebut pragmatik
kontranstif. Jika penelitian difokuskan secara lebih khusus pada tingkah
laku komunikatif dari orang yang bukan penutur asli, sambil berusaha untuk
berkomunikasi dalam bahasa kedua mereka, penelitian ini dideskripsikan sebagai pragmatik
antar bahasa. Studi yang demikian ini semakin menyatakan bahwa kita semua
berbicara dengan sesuatu yang disebut lihat pragmatik, yaitu aspek-aspek
yang menunjukkan sesuatu yang kita asumsikan dapat dipahami tanpa dikatakan.
Jika kita
memiliki harapan pada semua pengembangan kapasitas komunikasi lintas budaya,
kita harus mencurahkan perhatian lebih banyak pada pemahaman tentang sesuatu
yang menjadi ciri logat pragmatik, tidak hanya pada pemahaman logat pragmatik
milik orang lain, tetapi juga pemahaman logat pragmatik kita sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Yule, George. 2014,
Pragmatik. Yogyakarta : Celeban Timur
UH III/548
No comments:
Post a Comment