Saturday, May 9, 2020

TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR


BAB VI
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pragmatik

Semester 4

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd

 

Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
ANGKATAN 18 A
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur dan, dalam bahasa inggris secara umum diberi label yang lebih khusus, misalnya permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau permohonan. Istilah-istilah deskriptif untuk tindak tutur yang berlainan digunakan untuk maksud komunikatif penutur dalam menghasilkan tuturan. Jika tuturan yang sama dapat ditafsirkan sebagai dua macam tindak tutur yang berbeda, maka jelaslah tidak satupun ‘tuturan yang secara sederhana memungkinkan adanya hubungan tindakan. Ini juga berarti bahwa terdapat lebih banyak yang ditemukan dalam penafsiran tindak tutur dari pada makna yang terdapat dalam tuturan itu sendiri.

Tindak Tutur
Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung 3 tindak yang saling berhubungan. Yang pertama adalah tindak lokusi, adalah tindak dasar tutur atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Kita membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Ini adalah dimenso kedua, atau tindak illokusi. Tindak illokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Untuk membuat suatu pernyataan, tawaran, penjelasan atau maksud-maksud komunikatif lainnya. Ini juga dapat disebut sebagai penekanan ilokusi tuturan.
Tentu kita tidak secara sederhana menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan itu memiliki akibat. Inilah dimensi ketiga, tindak perlokusi. Dengan bergantung pada keadaan, Anda akan menuturkan dengan asumsi bahwa pendengar akan mengenali akibat yang Anda timbulkan. Biasanya juga dikenal sebagai akibat perlokusi.
Diantara ketiga dimensi tersebut, yang paling banyak dibahas adalah tekanan illokusi. Tekanan illokusi suatu tuturan adalah ‘apa yang diperhitungkan tekanan itu’.

Alat Penunjuk Tekanan Illokusi (APTI)
APTI ialah jenis ungkapan yang dimana terdapat suatu celah untuk sebuah kata kerja yang secara eksplisit menyebutkan tindakan illokusi yang sedang ditunjukkan. Kata ‘janji’ termasuk kata kerja informative, dan jika dinyatakan akan sangat jelas sebagai APTI. Penutur biasanya tidak menunjukkan tindak tutur mereka secara eksplisit, tetapi mereka kadang-kadang menjelaskan tindak tutur orang yang sedang ditampilkan.
Kualitas suara yang rendah untuk memperingatkan atau mengancam, mungkin digunakan untuk menunjukkan tekanan illokusi. Tuturannya juga harus dihasilkan dalam kondisi konvensional tertentu untuk menentukan tekanan illokusi yang dimaksud.

Kondisi Felisitas
Ada harapan tertentu atau yang diharapkan secara tenis disebut sebagai kondisi felisitas, karena tampilan suatu tindak tutur diketahui seperti yang dimaksud. Tampilan itu menjadi tidak tepat (tidak sesuai) jika penuturnya bukan orang dalam konteks yang khusus.
Dalam konteks sehari-hari di antara orang-orang kebanyakan ada juga pra-kondisi pada tindak tutur. Ada kondisi umum pada peserta, misalnya bahwa mereka dapat memahami bahasa yang sedang digunakan dan mereka tidak sedang bermain peran atau sesuatu ha lain yang bukan-bukan.
Kondisi persiapan untuk suatu janji secara signifikan berbeda dengan kondisi persiapan dalam suatu peringatan. Kondisi ketulusan (sincerity condition), untuk sebuah janji, bahwa penutur secara tulus bermaksud untuk melaksanakan tindakan itudi masa mendatang sedangkan untuk suatu peringatan, penutur secara tulus percaya bahwa peristiwa dimasa mendatang itu tidak memiliki suatu akibat yang bermanfaat. Kondisi esensial, yang meliputi kenyataan bahwa dengan tindakan ucapan janji itu, saya bermaksud menciptakan suatu keharusan untuk melaksanakan tindakan yang dijanjikan. Kondisi esensial menggabungkan suatu spesifikasi tentang apa yang harus ada dalam isi tuturan, yaitu konteks, dan maksud penutur, agar tindak tutur khusus ditampilkan secara tepat.

Hipotesa Performatif
Satu cara untuk memikirkan tentang tindak tutur yang sedang ditampilkan melalui tuturan ialah berasumsi bahwa setiap tuturan pokok terdapat suatu klausa, mengandung kata kerja performatif (Vp) yang membuat tekanan illokusi menjadi jelas. Itulah yang disebut dengan hipotesa performatif dan format dasar dari klausa pokoknya.
Ada beberapa kerugian teknis pada hipotesa performatif. Misalnya penurunan performatif eksplisit dalam bentuk/perintah. Sulitlah mengetahui cara tepat kerja permormatif apa (atau kata kerja apa) yang mungkin ada dalam beberapa tuturan.
Masalah praktis yang sebenarnya terkait dengan analisis berdasarkan pengidentifikasian performatif eksplisit secara prinsip ialah bahwa secara sederhana kita tidak tahu ada beberapa jumlah kata kerja performatif dalam suatu bahasa. Daripada mencoba mendaftar seluruh kata kerja performatif eksplisit yang mungkin ada, dan kemudian memilah-milahkannya, ada beberapa klasifikasi jenis tindak tutur umum yang biasanya digunakan.

Kasifikasi Tindak Tutur
Sistem klasifikasi umum terdiri 5 jenis fungsi umum adalah tindak tutur, deklarasi, representatif, eksresif, direktif, dan komisif.
Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Represitif adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Ekspresif adalah tintak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Komisif adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhdap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.

Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung
Apabila ada hubungan antara stuktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutr langsung. Dan apabila ada hubungan tindak langsung antara stuktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur tidak langsung Jadi bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan disebut tindak tutur langsung, sedangkan bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu permohonan disebut tindak tutur tidak langsung.
Tindak tutur tidak langsung biasanya diasosiasikan dengan lebih sopan salam bahasa inggris dari pada tindak tutuur langsung.

Peristiwa Tutur
Pernyataan persiapan adalah bahwa penutur berasumsi bahwa pendengar itu mampi, atau DAPAT, menampilkan tindak itu. Peristiwa tutur ialah suatu kegiatan di mana para peserta berintraksi dengan bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai suatu hasil. Peristiwa ini mungkin termasuk suatu tindak tutur sentral yang nyata, seperti ‘Sungguh saya tidak menyukai ini’. Tetapi peristiwa ini juga termasuk tuturan-tuturan lain yang mengarah padanya dan sesudah itu beraksi pada tindakan sentral tersebut.
Manfaat dari analisis tindak tutur ini adalah menggambarkan jenis-jenis sesuatu yang dapat kita lakukan dengan kata-kata dan pengidentiikasian beberapa bentukuturan konvensional yang kita gunakan untuk menampilkan tindak khusus.

Daftar Isi
Yule, George. 2014, Pragmatik. Yogyakarta : Celeban Timur UH III/548

No comments:

Post a Comment