Wednesday, May 20, 2020

MAKALAH KESOPANAN DAN INTERAKSI


KESOPANAN DAN INTERAKSI
Makalah disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Prgmatik

Dosen Pengampu : M. Bayu Firmansyah, S.S, M.Pd

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7

1.      ALFA JULIA                                     (18188201008)
2.      CHANIFAH                                       (18188201018)
3.      FIRDA ROZIZAH                             (18188201021)



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
ANGKATAN 18A
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.
            Dan harap kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Pasuruan,     April 2020

Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1    LATAR BELAKANG............................................................................................... 1
1.2    RUMUSAN MASALAH.......................................................................................... 1
1.3    TUJUAN.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
2.1    KESOPANAN........................................................................................................... 3
2.2    KEINGINAN WAJAH............................................................................................. 4
2.3    WAJAH POSITIF DAN WAJAH NEGATIF.......................................................... 4
2.4    DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN : TIDAK BERKATA APAPUN............... 5
2.5    MENGATAKAN SESUATU : TERCATAT DAN TIDAK TERCATAT.............. 5
2.6    KESOPANAN POSITIF DAN KESOPANAN NEGATIF.................................... 6
2.7    STARTEGI................................................................................................................ 6
2.8    PRA-URUTAN.......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 8
3.1    KESIMPULAN......................................................................................................... 8
3.2    SARAN...................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 9




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1       LATAR BELAKANG
Salah satu cabang dari linguistik yang mempelajari tentang ujaran dari sang penutur adalah pragmatik. Seorang ahli bahasa Leech mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu atau dalam konteks tertentu. Atau dengan kata lain pragmatik adalah ilmu cabang lnguistik yang mengkaji hubungan timbal balik antara fungsi dan bentuk tuturan. Dan dalam pragmatik inilah terdapat prinsip-prinsip tentang bagaimana seorang manusia bertutur dalam situasi tertentu. Salah satu dari prinsip tersebut adalah prinsip kesantunan atau kesopanan. Dengan mengetahui prinsip-prinsip kesantunan kita sebagai penutur bisa menerapkan atau mengimplementasikanany dalam situasi atau konteks tertentu dalam membuat tuturan.

1.2       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan kesopanan?
2.      Apa yang dimakasud dengan keinginan wajah?
3.      Apa yang dimaksud dengan wajah positif dan wajah negatif?
4.      Apa yang dimaksud dengan diri sediri dan orang lain yang tidak berkata apapun?
5.      Apa yang dimaksud dengan mengatakan sesuatu tercatat dan tidak tercatat?
6.      Apa yang dimaksud dengan kesopanan positif dan kesopanan negatif?
7.      Apa yang dimaksud stragtegi?
8.      Apa yang dimaksud pra-urutan?

1.3       TUJUAN
1.      Agar pembaca dapat memahami pengertian kesopanan.
2.      Agar pembaca dapat memahami pengertian keinginana wajah.
3.      Agar pembaca dapat memahamii wajah pengertian wajah positif dan wajah negatif.
4.      Agar pembaca dapat memahami pengertian diri sendiri dan orang lain yang tidak berkata apapun.
5.      Agar pembaca dapat memahami pengertian mengatakan sesuatu tercatat dan tidak tercatat.
6.      Agar pembaca dapat memahami kesopanan negatif dan kesopanan negatif.
7.      Agar pembaca dapat memahami pengertian strategi.
8.      Agar pembaca dapat memahami pengertian pra-urutan.



 BAB II
PEMBAHASAN

Agar apa yang kita katakan dalam interaksi tersebut bermakna, maka kita harus memperhatikan berbagai macam faktor, yang  berkaitan dengan kesenjangan dan kedekatan sosial. Sebagain dari faktor-faktor ini terbentuk khusus melalui sesuatu interaksi selain karena faktor luar juga. Faktor-faktor ini khususnya melibatkan status  relatif partisipan, berdasarkan pada nilai-nilai sosial yang mengikatnya, misalnya usia dan kekuasaan.
Akan tetapi, banyak juga faktor-faktor lain, misalnya sejumlah imposisi atau derajat keberabatan yang sering dipertimbangkan selama terjadi interaksi. Inilah faktor-faktor internal interaksi dan dapat mengakibatkan kesenjangan sosial sebelumnya dan dianggap sebagai kelebihan maupun kekurangan selama proses.
Kedua tipe faktor yaitu, eksternal dan internal, memiliki pengaruh tidak hanya pada apa yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita menginterasikannya. Investigasi pengaruh ini biasanya dilakukan dalam bahasan tentang kesopanan.
2.1       KESOPANAN
Sudah sangat lazim apabila kita memperlakukan kesopanan sebagai suatu konsep yang tegas, seperti gagasan ‘tingkah laku sosial yang sopan’, atau etiket, terdapat dalam budayanya. Juga dimungkinkan menentukan sejumlah prinsip-prinsip umum yang berbeda untuk menjadi sopan dalam interaksi sosial dala suatu budaya khusus. Sebagian dari prinsip-prinsip umum ini termasuk sifat bijaksana, pemurah, rendah hati, dan simpatik terhadap orang lain. Dalam suatu interaksi ada tipe khusus kesopanan yang lebih sempit di tempat kerja.
Kesopanan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang orang lain. Kesopanan dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan sosial. Kedekatan sosial ini adalah keakraban, persahabatan, atau kesetiakawanan.
Contoh : (1) a. Permisi Pak Bayu, dapatkah saya bicara dengan bapak sebentar?
                (2) b. Hai, Yu, ada waktu sebentar?
Dalam tipe kedekatan ini terdapat perbedaan dari jarak kesenjanagan dan jarak kedekatan sosial kekerabatan.


2.2       KEINGINAN WAJAH
Dalam interaksi sosial mereka sehari-hari, orang biasanya bertingkah laku seolah-olah harapan-harapan mereka berkenaan dengan nama baik masyarakat mereka sendiri, atau keinginan wajah mereka, akan dihormati. Jika seorang penutur menyatakan sesuatu yang mengandung suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain berkenaan dengan nama baiknya sendiri, pernyataan ini dideskripsikan sebagai tindak ancaman wajah.
Contoh : Pada pemandangan larut malam, pada seorang tetangga muda Anda memainkan musik sangat keras dan ada pasangan orang tua yang akan tidur. Seperti pada contoh berikut. Mengemukakan suatu tindak ancaman wajah dan yang kain mengusulkan suatu tindak penyelamat wajah.
(3) Suami : “Saya akan mengatakan kepadanya untuk menghentikan suara yang gaduh
sekarang.”
            (4) Istri : “Mungkin kamu hanya dapat memintanya apakah dia akan segera
menghentikannya karena saat ini sudah larut malam dan orang-orang perlu tidur.”
Ada macam-macam cara untuk menampilkan tindak penyelamatan wajah. Pada umumnya diharapkan masing-masing orang akan berusaha untuk menghormati keinginan wajah orang lain.

2.3       WAJAH POSITIF DAN WAJAH NEGATIF
Wajah negatif seseorang ialah kebutuhan untuk merdeka, memiliki kebebasan bertindak, dan tidak tertekan oleh orang lain. Kata ‘negatif’ tidak berarti ‘jelek’, kata negatif ini hanya merupakan lawan dari ‘positif’. Sedangkan wajah positif seseorang ialah kebutuhan untuk dapat diterima, jika mungkin disukai oleh orang lain, diperlakukan sebagai anggota dari kelompok yang sama dan mengetahui bahwa keinginannya dimiliki bersama dengan yang lainnya.
Jadi, tindak penyelamatan wajah yang diwujudkan pada wajah negatif seseorang akan cenderung untuk menunjukkan rasa hormat, menekankan pentingnya minat dan waktu orang lain, dan bahkan termasuk permintaan maaf atas pemaksaan atau penyelaan. Tindakan semacam ini disebut kesopanan negatif.
Tindak penyelamatan wajah yang berkenaan dengan wajah positif seseorang akan cenderung memperlihatkan rasa kesetiakawanan, menandakan bahwa kedua penutur menginginkan sesuatu yang sama, dan mereka memiliki seuatu tujuan yang sama. Tindakan semacam ini disebut kesopanan positif.

2.4       DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN : TIDAK BERKATA APAPUN
Salah satu cara untuk melihat relevansi hubungan antara konsep kesopanan dengan pemakaian bahasa ialah mengambil peristiwa tutur tunggal dan merencanakan anggapan yang berbeda yang diasosiasikan dengan kemungkinan ekspresi yang berbeda yang dipakai dalam peristiwa itu.
Contoh : (5) Anda  menghadiri suatu kuliah yang sangat penting, mengambil buku tulis untuk mencatat, tetapi anda tidak menemukan sesuatupun yang dapat dipakai untuk menulis. Kemudian anda berpendapat bahwa orang yang duduk disebelah anda mungkin dapat memberikan solusinya. Dalam adegan ini, anda menjadi ‘diri anda sendiri’ dan orang disebelah anda adalah ‘orang lain’.
 Pilihan anda yang pertama ialah apakah berkata sesuatu atau tidak. Tentu saja anda dapat mengobrak abrik tas anda dan mencari-cari didalam tas anda, tanpa mengucapkan sepatah kata katapun, tetapi dengan maksud samar-samar bahwa masalah anda akan diketahui.
Pendekatan ‘tidak berkata apapun’ ini mungkin dapat berhasil dan mungkin juga tidak.

2.5       MENGATAKAN SESUATU : TERCATAT DAN TIDAK TERCATAT
Secara teknis tipe ini dideskripsikan sebagai Tidak tercatat (off record). Dalam deskrispi biasa, tipe-tipe itu mungkin mengacu pada 'isyarat'.
Pendekatan langsung dan dikenal sebagai bald on record (yaitu suatu tuturan, misalnya suatu permintaan yang ditunjukan secara langsung kepada orang lain dimana tekanan ilokusinya dibuat eksplisit).
Bentuk-bentuk 'bald on record' ini mungkin diikuti oleh pernyataan seperti 'silakan' dan 'maukah anda' yang berfungsi untuk menghaluskan tuntunan itu dan dinamakan 'mitigating devices' (alat-alat pereda).
Akan tetapi, pada umumnya ungkapan-ungkapan 'bald on record' itu diasosiasikan dengan peristiwa -peristiwa tutur ketika penutur berasumsi bahwa dia memiliki kekuasaan terhadap orang lain (misalnya, dalam konteks ketentaraan) dan dapat mengontrol tingkah laku orang lain dengan kata-kata.

2.6       KESOPANAN POSITIF DAN KESOPANAN NEGATIF
Penggunaan strategi ini juga menghasilkan bentuk-bentuk yang berisikan ungkapan-ungkapan permintaan maaf karena suatu pembebanan.
Kepedulian kita terhadap pragmatik bahasa dalam pemakaian akan lebih relevan, karena ketersediaan bentuk 'bald on record' dan begitu pula bentuk -bentuk yang tidak tercatat, yang berarti bahwa penggunaan bentuk penyelamatan wajah yang tercatat menggambarkan pilihan yang signifikan.

2.7       STARTEGI
Kecenderungan untuk menggunakan bentuk kesopanan positif, dengan penekanan kedekatan antara penutur dan pendengar, dapat dilihat sebagai suatu strategi kesetia-kawanan. Strategi yang menerapkan prinsip dalam kelompok secara keseluruhan atau mungkin hanya sebagai suatu pilihan yang dipakai oleh seorang penutur secara individu pada kejadian tertentu. Strategi yang sedemikian ini secara linguistik akan melibatkan informasi seseorang, penggunaan nama panggilan, bahkan kadang-kadang istilah-istilah kasar, dan dialek yang dimiliki bersama atau ungkapan-ungkapan kasar lainnya. Seringkali strategi kesetia-kawanan ini ditandai dengan istilah ‘inclusive’seperti kata ‘kita’ dan ‘marilah kita’, seperti ajakan ke pesta.
Penggunanaan bentuk kesopanan negatif, dengan menekankan pada hak kebebasan pendengar, dapat dilihat sebagai suatu strategi penghormatan. Strategi ini merupakan strategi khusus dari suatu kelompok secara keseluruhan atau hanya sebagi suatu pilihan yang dipakai pada suatu kejadian tertetu. Strategi penghormatan dilibatkan dalam strategi yang disebut dengan ‘kesopanan resmi’. Strategi ini tidak berkenan dengan seseorang seakan-akan tidak ada sesuatu yang dipadukan, dan mungkin termasuk ungkapan-ungkapan yang tidak mengacu kepada penutur maupun pendengar.
Bahasa yang disosiasikan dengan strategi penghormatan menekankan kebebasan penutur dan pendengar, yang ditandai dengan kekosongan tuntutan pribadi.
Tindakan penyelamat wajah sering berjalan dengan baik sebelum tuturan-tuturan itu diucapkan dalam bentuk pra-urutan.

2.8       PRA-URUTAN
Konsep penyelamatan wajah sangat monolog untuk memahami bagaimana partisispasi dalam suatu interaksi tidak dapat menghindari diri untuk mamahami lebih banyak dari yang dikatakan. Dari sudut pandang kesopanan asumsi dasarnya ialah bahwa wajah secara khusus beresiko apabila melibatkan orang lain. Risiko yang paling berat muncul ke permukaan apabila orang lain ditempatkan dalam suatu posisi yang menyulitkan. Salah satu cara untuk menghindari resiko itu ialah dengan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menghentikan tindakan yang beresiko tinggi. Misalnya penutur akan sering mengatakan apa saja yang dapat dideskripsikan sebagai pra-urutan dari pada membuat suatu permohonan secara sederhana.
Manfaat dari unsur permohonan ialah bahwa permohonana awal ini dapat dijawab dengan jawaban ‘teruskan’. Memahami bahwa jawaban merupakan jawaban terhadap suatu permohonan awal, juga memungkinkan kita untuk menafsirkan ungkapan ‘maaf’, tidak hanya sebagai suatu permintaan maaf karena tidak dapat memenuhi permohonan yang diharapkan.
Proses ‘jalan pintas’ yang dimulai dari pra-permohonan kepada pengabulan permohonan sangat membantu untuk menjelaskan keganjilan-keganjilan literl dari pola umum. Bentuk jawaban ‘Ya’ merupakan jawaban positif, tidak untuk pra-permohonan, tetai berlaku untuk permohonan yang tidak dinyatakan.


BAB III
PENUTUP

3.1       KESIMPULAN
Pada bab Kesopanan dan Interaksi memiliki beberapa materi yaitu, Kesopanan, Keinginan Wajah, Wajah Positif Dan Wajah Negatif, Diri Sendiri Dan Orang Lain : Tidak Berkata Apapun, Mengatakan Sesuatu : Tercatat Dan Tidak Tercatat, Kesopanan Positif Dan Kesopanan Negatif, Startegi, dan Pra-Urutan.
Ekspresi wajah sudah dapat menentukan tindakan apa yang akan kita lakukan atau perasaan apa yang sedang kita rasakan. Namun, kita juga harus bisa tindak pengendalian wajah.

3.2       SARAN
1.        Bagi Mahasiswa
Dalam penulisan makalah materi berjudul “KESOPANAN DAN INTERAKSI”, diharapkan agar seluruh mahasiswa mampu menerapkan kegiatan tersebut dengan baik dalam meningkatkan motivasi belajar.
2.        Bagi Dosen
Dalam penulisan makalah materi “KESOPANAN DAN INTERAKSI “ penulis menyarankan kepada dosen pengampu mata kuliah Pragmatik M. Bayu Firmansyah, S.S, M.Pd memberi bimbingan kepada mahasiswa agar makalah berjalan sesuai dengan instruksi yang diberikan.
3.        Bagi Perpustakaan
Dalam penulisan makalah materi “KESOPANAN DAN INTERAKSI“ penulis mengalami kesulitan dalam mencari data. Diharapkan agar kedepannya dapat menyediakan buku atau literatur penunjang untuk memudahkan mahasiswa.


DAFTAR PUSTAKA

Yule, George. 2014, Pragmatik. Yogyakarta : Celeban Timur UH III/548





No comments:

Post a Comment