Saturday, December 14, 2019

PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


BAB XIII
PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Semester 3

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd

  
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

A. MENGURANGI BENANG KUSUT
1.  Masalah Pendekatan
Pendekatan adalah sumsi teoretis yang berkaitan dengan hakikat bahasa, belajar bahasa, dan pengajaran bahasa (Anytony, 1963). Misalnya, hakikat bahasa (menurut pandangan kaum linguistik struktural) dapat diartikan sebagai simbol-simbol bunyi yang bersifat arbitrer dan konvensional. Pendekatann hakikat belajar bahasa juga harus dimiliki atas dasar keyakinan tertentu.

Pendekatan mana pun yang diikuti, jika seluruh ketentuan dilaksanakan secara ketat dan dosiplin, ternyaata semua memberikan hasil secara maksimal. Misalnya, ketika seorang guru mengajarkan bahasa berdasarkan pendekatan linguistik struktural, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut.
1.  Jumlah pembelajar di setiap kelas tidak terlalu besar (10-15 orang disetiap kelas).
2.  Guru harus benar-benar menguasai kaidah bahasa yang diajarkan secara baik dan benar.
3.  Kaidah bahasa maupun kaidah berbahasa harus dijelaskan secara gamblang kepada pembelajar.
4.  Guru harus memberikan porsi latihan kepada pembelajar sebanyak-banyaknya.
5.  Setiap latihan yang diberikan kepada pembelajar harus dipantau secara terus-menerus dan hasilnya dijadikan umpan balik untuk perbaikan atas kegagalan belajar pembelajar.
6.  Guru harus memiliki sikap tegas kepada pembelajar.

Begitu juga, jika seorang guru mengajarkan bahasa berdasarkan pendekatan komunikasi, prinsip-prinsip yang berlaku juga harus diikuti secara ketat. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1.  Jumlah pembelajar dalam suatu kelas tidak terlalu besar (10-15 pembelajar)
2.  Pembelajar diberikan porsi praktik atau latihan berkomunikasi secara alamiah.
3. Kaidah bahasa dan kaidah berbahasa dibahas atas dasar kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar.
4.  Penilaian dilakukan dalam bentuk proses maupun produk.

Dalam pembelajaran sejarah pembelajaran bahasa di Indonesia, teori apapun yang digunakan sebagai pendekatan selalu gagal menhasilkan pembelajar yang mahir berbahasa. Padalah penyebab kegagalan itu bukan karena kesalahan konsep yang diikuti dan digunakan sebagai pendekatan tetapi selalu berupa faktor di luar konsep teori belajar bahasa, seperti:
1.  Jumlah pembelajar dalam setiap kelas terlalu besar (rata-rata 40 pembelajar).
2.  Jika suatu sekolah di setiap kelas hanya ada 10-15 pembelajar, sekolah, guru, dan masyarakat justru merasa sekolahnya tidak diminati oleh masyarakat.
3.  Sebagian besar guru tidak memiliki kompetensi prifesional memadai terhdap bahasa yang harus diajarkan.
4.  Guru lebih banyak memberikan pelajaran dengan metode ceramah dan kurang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk berlatih secara alamiah untuk praktik berbahasa.
5.  Jumlah jam mengajar guru terlalu banyak sehingga layanan individual terhadap pembelajar tidak pernah dapat dilakukan.
6.  Hasil latihan pembelajar tidak segara dikoreksi dan tidak secepat mungkin dikembalikan kepada pembelajar. Akibatnya, pembelajar tidak mengetahui letak kekurangan yang masih dimiliki,
7.  Tidak ada sinkronisasi antara kebijakan pendidikan nasional dengan praktik mengajar bahasa kepada pembelajar di sekolah.
8.  Guru tidak dituntut memahirkan pembelajar untuk berbahasa tetapi dituntut menghasilkan nilai tinggi untuk ujian nasional.

2. Masalah Metode
Metode dan cara sangatlah berbeda. Cara adalah teknik bahagaimana suatu tujuan dicapai. Sedangkan metode adalah rancang bangun pembelajaran yang satu sama ain tidak saling bertentangan untuk mencapai suatu tujuan. Orang kemudian membedakan ada metode umum dan ada metode khusu. Metode umum yaitu cara pembelajar seperti (1) ceramah, (2) metode diskusi kelompok, (3) metode permainan, (4) metode pemberian tugas, dan lain-lain.. sedangkan metode khusus adalah cara yang biasa digunakan untuk mata pelajaraan tertentu karena kekhususan yang dimiliki setiap mata pelajaran.

3. Masalah Teknik
Teknik adalah cara bagaimana seseorang melewati jalan yang sudah dipilih berdasarkan suatu asumsi tertentu. Teknik adalah cara bagaimana suatu tujuan dapat dicapai. Pemilihan teknik harus didasarkan atas pertimbangan bahwa cara tersebut adalah cara yang paling efisien dan efektif untuk “memnyusuri” jalan menuju ke suatu tujuan.

4. Masalah Strategi
Setiap strategi yang dipilih harus memperhitungkan bahwa tujuan akan tercapai secara efisien dan efektif. Namun, selain memperhitungkan tujuan, guru dapat juga memperhitungkan tujuan ikutan yang dapat dipetik melalui teknik yang dipilih.

B. IMPLEMENTASI DALAM PBI
Komponen utama dalam PBI adalah guru, pembelajar, dan materi. Artinya, PBI yang utama adalah guru mengajarkan materi kepada pembelajar. PBM masih didukung oleh komponena lain, yaitu pendekatan, metode, teknik, dan strategi.
Penerapan komponen pokok maupun komponen pendukung, yang paling hakiki dalam pembelajaran adalah tercapainya kompotensi pembelajar. Sebagai penanda berkembangnya kompetensi pembelajar adalah terserapnya informasi ke dalam ingatan jangka panjang pembelajar.

Pemahaman materi agar informasi dapat diserap oleh ingatan jangpa pendek diawali dari penyerapan panca indra, berupa penglihatan, pendengaran, pengucapan, perabaan, penciuman. Informasi yang masuk ke dalam pikiran akan dipertemukan dengan informasi lama yang sudah tersimpan dalam memori jangka panjang.

C. CONTOH METODE PBI
Dlam pembelajaran, metode seperti itu sering disebut dengan istilah PAKEM (Pebelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan). Beberapa metode yang dapat dikategorikan sebagai metode PAKEM adalah sebagai berikut.
1. Metode Kooperatif. Kooperatif secara harfiah diartikan bekerja sama. Metode koopertaif adalah jalan untuk mencapai tujuan dengan cara bekerja sama antara pembelajar satu dengan pembelajar yang lain. Metode ini diterapkan dalam bentuk serangkaian aktivitas yang diorganisasikan secara sistematis dengan memfokuskan diri pada tukar menukar informasi secara terstruktur antar pembelajar dalam kelompok, tetapi masing-masing bertanggung jawab atas pembelajaran yang mereka jalani (Kagan, 1992; 8).

Prinsi-prinsip penerapan metode kooperatif mencakup : mencari pasangan, bertukar pasangan, jigsaw (kelompok ahli), dan paired storytelling.
2. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
a. Menentukan sasran dan tujuan.
b. Memilih masalah secara tepat beserta situasinya. Agar dapat memilih situasi bermasalah yang baik harus memenuhi kriteria berikut (Sugiyanto, 2009) : situasi harus autentik, situasi sedapat mungkin bersfat kompleks, masalah harus bermakna lagi pembelajar, cakupan masalah bersifat luas, dan masalah harus memberikan manfaat bagi usaha kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar

No comments:

Post a Comment