BAB XIII
PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
RESUME
Diajukan untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Semester 3
Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118
A. MENGURANGI BENANG KUSUT
1. Masalah
Pendekatan
Pendekatan
adalah sumsi teoretis yang berkaitan dengan hakikat bahasa, belajar bahasa, dan
pengajaran bahasa (Anytony, 1963). Misalnya, hakikat bahasa (menurut pandangan
kaum linguistik struktural) dapat diartikan sebagai simbol-simbol bunyi yang
bersifat arbitrer dan konvensional. Pendekatann hakikat belajar bahasa juga
harus dimiliki atas dasar keyakinan tertentu.
Pendekatan
mana pun yang diikuti, jika seluruh ketentuan dilaksanakan secara ketat dan
dosiplin, ternyaata semua memberikan hasil secara maksimal. Misalnya, ketika
seorang guru mengajarkan bahasa berdasarkan pendekatan linguistik struktural,
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut.
1. Jumlah pembelajar di setiap kelas tidak
terlalu besar (10-15 orang disetiap kelas).
2. Guru harus benar-benar menguasai kaidah
bahasa yang diajarkan secara baik dan benar.
3. Kaidah bahasa maupun kaidah berbahasa harus
dijelaskan secara gamblang kepada pembelajar.
4. Guru harus memberikan porsi latihan kepada
pembelajar sebanyak-banyaknya.
5. Setiap latihan yang diberikan kepada
pembelajar harus dipantau secara terus-menerus dan hasilnya dijadikan umpan
balik untuk perbaikan atas kegagalan belajar pembelajar.
6. Guru harus memiliki sikap tegas kepada
pembelajar.
Begitu juga,
jika seorang guru mengajarkan bahasa berdasarkan pendekatan komunikasi,
prinsip-prinsip yang berlaku juga harus diikuti secara ketat. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain :
1. Jumlah pembelajar dalam suatu kelas tidak
terlalu besar (10-15 pembelajar)
2. Pembelajar diberikan porsi praktik atau
latihan berkomunikasi secara alamiah.
3. Kaidah bahasa dan kaidah berbahasa dibahas
atas dasar kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar.
4. Penilaian dilakukan dalam bentuk proses
maupun produk.
Dalam
pembelajaran sejarah pembelajaran bahasa di Indonesia, teori apapun yang digunakan
sebagai pendekatan selalu gagal menhasilkan pembelajar yang mahir berbahasa.
Padalah penyebab kegagalan itu bukan karena kesalahan konsep yang diikuti dan
digunakan sebagai pendekatan tetapi selalu berupa faktor di luar konsep teori
belajar bahasa, seperti:
1. Jumlah pembelajar dalam setiap kelas terlalu
besar (rata-rata 40 pembelajar).
2. Jika suatu sekolah di setiap kelas hanya ada
10-15 pembelajar, sekolah, guru, dan masyarakat justru merasa sekolahnya tidak
diminati oleh masyarakat.
3. Sebagian besar guru tidak memiliki kompetensi
prifesional memadai terhdap bahasa yang harus diajarkan.
4. Guru lebih banyak memberikan pelajaran dengan
metode ceramah dan kurang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk berlatih
secara alamiah untuk praktik berbahasa.
5. Jumlah jam mengajar guru terlalu banyak
sehingga layanan individual terhadap pembelajar tidak pernah dapat dilakukan.
6. Hasil latihan pembelajar tidak segara
dikoreksi dan tidak secepat mungkin dikembalikan kepada pembelajar. Akibatnya,
pembelajar tidak mengetahui letak kekurangan yang masih dimiliki,
7. Tidak ada sinkronisasi antara kebijakan
pendidikan nasional dengan praktik mengajar bahasa kepada pembelajar di
sekolah.
8. Guru tidak dituntut memahirkan pembelajar
untuk berbahasa tetapi dituntut menghasilkan nilai tinggi untuk ujian nasional.
2. Masalah Metode
Metode dan
cara sangatlah berbeda. Cara adalah teknik bahagaimana suatu tujuan dicapai.
Sedangkan metode adalah rancang bangun pembelajaran yang satu sama ain tidak
saling bertentangan untuk mencapai suatu tujuan. Orang kemudian membedakan ada
metode umum dan ada metode khusu. Metode umum yaitu cara pembelajar seperti (1)
ceramah, (2) metode diskusi kelompok, (3) metode permainan, (4) metode
pemberian tugas, dan lain-lain.. sedangkan metode khusus adalah cara yang biasa
digunakan untuk mata pelajaraan tertentu karena kekhususan yang dimiliki setiap
mata pelajaran.
3. Masalah Teknik
Teknik adalah
cara bagaimana seseorang melewati jalan yang sudah dipilih berdasarkan suatu
asumsi tertentu. Teknik adalah cara bagaimana suatu tujuan dapat dicapai.
Pemilihan teknik harus didasarkan atas pertimbangan bahwa cara tersebut adalah
cara yang paling efisien dan efektif untuk “memnyusuri” jalan menuju ke suatu
tujuan.
4. Masalah Strategi
Setiap
strategi yang dipilih harus memperhitungkan bahwa tujuan akan tercapai secara
efisien dan efektif. Namun, selain memperhitungkan tujuan, guru dapat juga
memperhitungkan tujuan ikutan yang dapat dipetik melalui teknik yang dipilih.
B. IMPLEMENTASI DALAM PBI
Komponen utama
dalam PBI adalah guru, pembelajar, dan materi. Artinya, PBI yang utama adalah
guru mengajarkan materi kepada pembelajar. PBM masih didukung oleh komponena
lain, yaitu pendekatan, metode, teknik, dan strategi.
Penerapan komponen
pokok maupun komponen pendukung, yang paling hakiki dalam pembelajaran adalah
tercapainya kompotensi pembelajar. Sebagai penanda berkembangnya kompetensi
pembelajar adalah terserapnya informasi ke dalam ingatan jangka panjang
pembelajar.
Pemahaman
materi agar informasi dapat diserap oleh ingatan jangpa pendek diawali dari
penyerapan panca indra, berupa penglihatan, pendengaran, pengucapan, perabaan,
penciuman. Informasi yang masuk ke dalam pikiran akan dipertemukan dengan informasi
lama yang sudah tersimpan dalam memori jangka panjang.
C. CONTOH METODE PBI
Dlam
pembelajaran, metode seperti itu sering disebut dengan istilah PAKEM
(Pebelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan). Beberapa metode yang dapat
dikategorikan sebagai metode PAKEM adalah sebagai berikut.
1. Metode Kooperatif. Kooperatif secara harfiah diartikan bekerja sama. Metode
koopertaif adalah jalan untuk mencapai tujuan dengan cara bekerja sama antara
pembelajar satu dengan pembelajar yang lain. Metode ini diterapkan dalam bentuk
serangkaian aktivitas yang diorganisasikan secara sistematis dengan memfokuskan
diri pada tukar menukar informasi secara terstruktur antar pembelajar dalam
kelompok, tetapi masing-masing bertanggung jawab atas pembelajaran yang mereka
jalani (Kagan, 1992; 8).
Prinsi-prinsip
penerapan metode kooperatif mencakup : mencari pasangan, bertukar pasangan,
jigsaw (kelompok ahli), dan paired
storytelling.
2. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
a. Menentukan
sasran dan tujuan.
b. Memilih
masalah secara tepat beserta situasinya. Agar dapat memilih situasi bermasalah
yang baik harus memenuhi kriteria berikut (Sugiyanto, 2009) : situasi harus
autentik, situasi sedapat mungkin bersfat kompleks, masalah harus bermakna lagi
pembelajar, cakupan masalah bersifat luas, dan masalah harus memberikan manfaat
bagi usaha kelompok.
DAFTAR
PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
No comments:
Post a Comment