Sunday, December 22, 2019

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BI


BAB XIV
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BI

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Semester 3

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd

  
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

A. PENDAHULUAN
Pengajaran (teaching) dan pembelajaran (learning) merupakan dua istilah yang dipakai untuk membedakan fokus aktivitas guru dan pembelajaran di kelas. Pengajaran fokus aktivitas lebih banyak dilakukan oleh guru. Guru lebih banyak memberikan ceramah, menerangkan, dll. Pembelajaran memberi fokus aktivitas lebih banyak dilakukan oleh pembelajar. Pembelajaran diberi kebebasan untuk menyerap informasi dari berbagai sumber, mengumpulkan bahan dengan mengadakan wawancara, melaporkan hasil wawancara, mengadakan pengamatan, menganalisis, mensintesis, dan sejenisnya. Pembelajara diberi kebebasan untuk berinisiatif dan berkreasi berdasarkan bakat, minat, perhatian, motivasi mereka. Besar kecilnya pengambilan porsi guru tetapp harus memperhatikan jenjang pendidikan. Hal ini sejalan dengan pemikiran para filosof dan ahli pembelajaran. Seorang filosuf Konfusius pernah mengatakan bahwa :
a. Apa yang saya dengar, saya lupa.
b. Apa yang saya lihat, saya ingat.
c. Apa yang saya lakukan, saya paham.

B. MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran adalah alat pelajaran yang telah diisi program pembelajaran. Misalnya, tape recorder yang dipergunakan untuk memutar kaset pembacaan puisi ketika seorang guru sedang membelajarkan pembelajaran membaca puisi dengan intonasi yang benar. Dengan kata lain, barang yang sama bagi seseorang guru mata pelajaran tertentu dapat berfungsi sebagai alat pelajaran.
1. Dasar pengembangan media pembelajaran
Program yang dimaksud adalah pesan berupa materi pembelajaran yang disusun untuk disampaikan kepada pembelajar dalam berbagai bentuk sajian agar mudah diserap oleh pembelajar. Teori psikoliguistik (Clark dan Clark, 1980) menjelaskan bahwa ingatan manusia ada yang berjangka pendek dan ada yang berjangka panjang. Ingatan berjangka pendek adalah ingatan terhadap informasi yang diserap dan disimpan dalam otak besar sebelum “dikirim” ke otak kecil. Apabila informasi itu sudah berhasil “masuk” ke kotak kecil menjadi ingatan jangka panjang tidak akan pernah dilupakan selama manusia masih hidup.

Agar media pembelajaran itu dapat efektif, ada banyak syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan median, yaitu (a) harus sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dikembangkan, (b) harus sesuai dengan karakteristik pembelajara, (c) harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia, (d) harus disesuaikan dengan ketersediaan sumber, (e) harus disesuaikan dengan ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas, dan (f) harus dipertimbangkan keluwesan, kepraktisan, dan daya tahan media.
2. Aneka macam media pembelajaran
Ada beberapa sifat media pembelajaran, yaitu media berupa garis, media berupa gambar, media berupa gerak, media berupa tulisan, dan media berupa suara. Dari sifat-sifat itu, yang dikenal oleh masyarakat adalah media auditif, media visual, dan audio visual. Rudi Bretz (dalam Basuki Wibowo, 2001) membuat klasifikasi jenis media lebih rinci yaitu media audio visual bergerak, audio visual diam, audio semigerak, visual gerak, visual diam, audio, dan cetak. Meski klasifikasi tersebut lebih rinci, namun dasarnya tetap saja tiga yaitu, visual, auditif, dan audio visual.

C. PENYEDIAAN MEDIA PEMBELAJARANN
1. Mengidentifikasi media yang sesuai dan mudah dikembangkan
Media pembelajaran yang akan dikembangkan tentu harus sesuai dengan karakter media yang dipilih serta kesesuaian media dengan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, ketersediaan media di tempat belajar.
2. Mengembangkan media pembelajaran
Media pembelajaran harus mampu membantu memudahkan penyerapan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Jika setiap informasi penting yang berkaitan dengan pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotor dapat diserap dengan baik oleh pembelajar, kompetensi pembelajar akan mudah berkembang dengan baik juga. Hal inilah pentingnya pemanfaatan media pembelajaran. Semakin canggih karakteristik media pembelajaran akan semakin mudah membantu meningkatkan daya serap pembelajar. Namun, pemilihan media yang jauh lebih penting harus dipertimbangkan oleh guru adalah kemudahan penyediaan dan pemanfaatannya.

Langkah konkret yang mudah untuk mempersiapkan media pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Persiapkan materi yang akan dimediakan (memilih materi dan menentukan topik-topik inti materi)
b. Tentukan jenis media yang akan di gunakan (visual, auditif, audio visual)
1) Bila media visual : buatlah ringkasan materi dalam bentuk bagan, skema, atau deskripsi.
2) Bila media auditif : siapkan teks yang akan direkam, siapkan narator yang akan direkam suaranya, lakukan perekamna di studio agar suara dapat jernih.
3) Bila media audio visual diam : siapkan berbagai gambar yang akan divisualkan, siapkan narator yang akan membacakan teks sebagai isian suara, padukan antara isian suara dengan tampilan gambar.
4) Bila audio visual gerak : buat skenario materi yang akan dimediakan, siapkan pelaku-pelaku yang akan memerankan tokoh pembawa pesan materi, lakukan pelatihan pemeranan pembawa pesan, pilih lokasi shotting (in door atau out door), siapkan kameramen lengkap dengan peralatan, lakukan shooting, lakukan editing hasil shoting sesuai dengan tujuan pembelajar.
c. Gunakan hasil pengembangan media untuk melakukan pembelajaran di kelas.
d. Evaluasi efektivitas penerapan media dalam mengembangkan kompetensi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Saturday, December 14, 2019

PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


BAB XIII
PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Semester 3

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd

  
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

A. MENGURANGI BENANG KUSUT
1.  Masalah Pendekatan
Pendekatan adalah sumsi teoretis yang berkaitan dengan hakikat bahasa, belajar bahasa, dan pengajaran bahasa (Anytony, 1963). Misalnya, hakikat bahasa (menurut pandangan kaum linguistik struktural) dapat diartikan sebagai simbol-simbol bunyi yang bersifat arbitrer dan konvensional. Pendekatann hakikat belajar bahasa juga harus dimiliki atas dasar keyakinan tertentu.

Pendekatan mana pun yang diikuti, jika seluruh ketentuan dilaksanakan secara ketat dan dosiplin, ternyaata semua memberikan hasil secara maksimal. Misalnya, ketika seorang guru mengajarkan bahasa berdasarkan pendekatan linguistik struktural, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut.
1.  Jumlah pembelajar di setiap kelas tidak terlalu besar (10-15 orang disetiap kelas).
2.  Guru harus benar-benar menguasai kaidah bahasa yang diajarkan secara baik dan benar.
3.  Kaidah bahasa maupun kaidah berbahasa harus dijelaskan secara gamblang kepada pembelajar.
4.  Guru harus memberikan porsi latihan kepada pembelajar sebanyak-banyaknya.
5.  Setiap latihan yang diberikan kepada pembelajar harus dipantau secara terus-menerus dan hasilnya dijadikan umpan balik untuk perbaikan atas kegagalan belajar pembelajar.
6.  Guru harus memiliki sikap tegas kepada pembelajar.

Begitu juga, jika seorang guru mengajarkan bahasa berdasarkan pendekatan komunikasi, prinsip-prinsip yang berlaku juga harus diikuti secara ketat. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1.  Jumlah pembelajar dalam suatu kelas tidak terlalu besar (10-15 pembelajar)
2.  Pembelajar diberikan porsi praktik atau latihan berkomunikasi secara alamiah.
3. Kaidah bahasa dan kaidah berbahasa dibahas atas dasar kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar.
4.  Penilaian dilakukan dalam bentuk proses maupun produk.

Dalam pembelajaran sejarah pembelajaran bahasa di Indonesia, teori apapun yang digunakan sebagai pendekatan selalu gagal menhasilkan pembelajar yang mahir berbahasa. Padalah penyebab kegagalan itu bukan karena kesalahan konsep yang diikuti dan digunakan sebagai pendekatan tetapi selalu berupa faktor di luar konsep teori belajar bahasa, seperti:
1.  Jumlah pembelajar dalam setiap kelas terlalu besar (rata-rata 40 pembelajar).
2.  Jika suatu sekolah di setiap kelas hanya ada 10-15 pembelajar, sekolah, guru, dan masyarakat justru merasa sekolahnya tidak diminati oleh masyarakat.
3.  Sebagian besar guru tidak memiliki kompetensi prifesional memadai terhdap bahasa yang harus diajarkan.
4.  Guru lebih banyak memberikan pelajaran dengan metode ceramah dan kurang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk berlatih secara alamiah untuk praktik berbahasa.
5.  Jumlah jam mengajar guru terlalu banyak sehingga layanan individual terhadap pembelajar tidak pernah dapat dilakukan.
6.  Hasil latihan pembelajar tidak segara dikoreksi dan tidak secepat mungkin dikembalikan kepada pembelajar. Akibatnya, pembelajar tidak mengetahui letak kekurangan yang masih dimiliki,
7.  Tidak ada sinkronisasi antara kebijakan pendidikan nasional dengan praktik mengajar bahasa kepada pembelajar di sekolah.
8.  Guru tidak dituntut memahirkan pembelajar untuk berbahasa tetapi dituntut menghasilkan nilai tinggi untuk ujian nasional.

2. Masalah Metode
Metode dan cara sangatlah berbeda. Cara adalah teknik bahagaimana suatu tujuan dicapai. Sedangkan metode adalah rancang bangun pembelajaran yang satu sama ain tidak saling bertentangan untuk mencapai suatu tujuan. Orang kemudian membedakan ada metode umum dan ada metode khusu. Metode umum yaitu cara pembelajar seperti (1) ceramah, (2) metode diskusi kelompok, (3) metode permainan, (4) metode pemberian tugas, dan lain-lain.. sedangkan metode khusus adalah cara yang biasa digunakan untuk mata pelajaraan tertentu karena kekhususan yang dimiliki setiap mata pelajaran.

3. Masalah Teknik
Teknik adalah cara bagaimana seseorang melewati jalan yang sudah dipilih berdasarkan suatu asumsi tertentu. Teknik adalah cara bagaimana suatu tujuan dapat dicapai. Pemilihan teknik harus didasarkan atas pertimbangan bahwa cara tersebut adalah cara yang paling efisien dan efektif untuk “memnyusuri” jalan menuju ke suatu tujuan.

4. Masalah Strategi
Setiap strategi yang dipilih harus memperhitungkan bahwa tujuan akan tercapai secara efisien dan efektif. Namun, selain memperhitungkan tujuan, guru dapat juga memperhitungkan tujuan ikutan yang dapat dipetik melalui teknik yang dipilih.

B. IMPLEMENTASI DALAM PBI
Komponen utama dalam PBI adalah guru, pembelajar, dan materi. Artinya, PBI yang utama adalah guru mengajarkan materi kepada pembelajar. PBM masih didukung oleh komponena lain, yaitu pendekatan, metode, teknik, dan strategi.
Penerapan komponen pokok maupun komponen pendukung, yang paling hakiki dalam pembelajaran adalah tercapainya kompotensi pembelajar. Sebagai penanda berkembangnya kompetensi pembelajar adalah terserapnya informasi ke dalam ingatan jangka panjang pembelajar.

Pemahaman materi agar informasi dapat diserap oleh ingatan jangpa pendek diawali dari penyerapan panca indra, berupa penglihatan, pendengaran, pengucapan, perabaan, penciuman. Informasi yang masuk ke dalam pikiran akan dipertemukan dengan informasi lama yang sudah tersimpan dalam memori jangka panjang.

C. CONTOH METODE PBI
Dlam pembelajaran, metode seperti itu sering disebut dengan istilah PAKEM (Pebelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan). Beberapa metode yang dapat dikategorikan sebagai metode PAKEM adalah sebagai berikut.
1. Metode Kooperatif. Kooperatif secara harfiah diartikan bekerja sama. Metode koopertaif adalah jalan untuk mencapai tujuan dengan cara bekerja sama antara pembelajar satu dengan pembelajar yang lain. Metode ini diterapkan dalam bentuk serangkaian aktivitas yang diorganisasikan secara sistematis dengan memfokuskan diri pada tukar menukar informasi secara terstruktur antar pembelajar dalam kelompok, tetapi masing-masing bertanggung jawab atas pembelajaran yang mereka jalani (Kagan, 1992; 8).

Prinsi-prinsip penerapan metode kooperatif mencakup : mencari pasangan, bertukar pasangan, jigsaw (kelompok ahli), dan paired storytelling.
2. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
a. Menentukan sasran dan tujuan.
b. Memilih masalah secara tepat beserta situasinya. Agar dapat memilih situasi bermasalah yang baik harus memenuhi kriteria berikut (Sugiyanto, 2009) : situasi harus autentik, situasi sedapat mungkin bersfat kompleks, masalah harus bermakna lagi pembelajar, cakupan masalah bersifat luas, dan masalah harus memberikan manfaat bagi usaha kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Thursday, December 12, 2019

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


BAB XII
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Semester 3

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd

  
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

A.  PERMASALAHAN DALAM PENGEMBANGAN MATERI PBI
Masalah penting yang dihadapi oleh seorang guru saat kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu pembelajaran mencapau kompetensi atau tujuan. Hak ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk “materi pokok”. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan yang dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak pembelajar.

Malasah yang sering dihadapi guru berkenan dengan bahan ajar adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, untuk penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh pembelajar.

B. BAHAN AJAR DAN JENIS-JENISNYA
Beberapa hal berkaitan dengan bahan ajar dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari pembelajar dalam rangka mencapai standar kompotensi yang telah ditentukan.
2. Jenis-jenis materi pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
a. Materi yang termasuk jenis fakta seperti nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya.
b. Materi yang termasuk jenis konsep seperti pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu objek.
c. Materi yang termasuk jenis prinsip seperti dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika.. maka...”
d. Materi yang termasuk jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas.
e. Materi jenis sikap adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semngat bekerja, dan sebagainya.
f. Substansi bahan ajar yang perlu diperhatika antara lain.
1) Teori yang sudah dan keberadaannya tidak lagi terbantah
2) Teori yang sedang hangat dibicarakan tetapi sudah cenderung untuk diterima kebenaran
3) Fenomena-fenomena baru yang sedang menjadi isu mutakhir, tetapi dapat merangsang tumbuhnya berpikir pembelajar

C. LANGKAH-LANGKAH PEMILIH BAHAN AJAR
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompotensi dan kompetensi dasar. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompotensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
2. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajara. Materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3. Memilih materi. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah pembelajar dalam mencapai standar kompetensi.

D. PENENTUAN CAKUPAN DAN URUTAN BAHAN AJAR
Ketetapan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu bnayak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketetapan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan lagi pembelajar mempelajarai materi pembelajaran.
1. Menentukan cakupan bahan ajar
2. Menentukan urutan bahan ajar
a. pendekatan prosedural. Menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan auatu tugas.
b. pendekatan hierarkis. Menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.

E. SUMBER BAHAN AJAR
Sumber bahan ajar adalah tempat dimana bahan ajar dapat diperoleh. Beberapa sumber yang dimaksud adalah Buku teks, Laporan hasil penelitian, Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah), Pakar bidang studi, Profesional, Buku kurikulum, Terbit berkala, Internet, Media audiovisual (TV, Video, VCD, Kaset auditif) , dan Lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi).

F STRATEGI MEMPELAJARI BAHAN AJAR OLEH PEMBELAJAR
Secara khusus dalam mempelajari mater pembelajaran, kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu
1.  Menghafal (verbal & parafrase)
2.  Menggunakan/ mengaplikasikan (Use)
Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari.
3.  Menemukan
Yang dimaksud penemuan adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.
4.  Memilih materi

H. PENDALAMAN BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA
Berbahasa memerlukan kaidah, meskipun tidak secara eksplisit diungkapkan, kaidah bahasa harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran bahasa. Oleh karena itu, aspek kebahasaan (aspek ejaan, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun pragmatik) harus mendapat porsi memadai untuk mengembangkan kompetensi pembelajaran.
1.  Keterampilan mendengarkan
2.  Keterampilan berbicara
3.  Keterampilan membaca
4.  Keterampilan menulis
5.  Keterampilan kebahasaan

DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tuesday, December 3, 2019

CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PBI


BAB XI
CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PBI

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Semester 3

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd


Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

A. PENGERTIAN CTL
CTL atau belajar dan mengajar berdasarkan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan diri pembelajar. Yang ingin dibangun dalam CTL adalah perkembangan pikiran pembelajar sesuai dengan perkembangannya (baca: mempercepat perkembangan long term memory), pembelajar barus dihadapkan dengan realita yang ada di sekitarnya untuk memahami konsep-konsep teoretis dan akademis.

B. ANEKA PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia dewasa ini memperkenalkan berbagai pendekatan, yaitu (a) pendekatan komunikatif, (b) pendekatan konstruktifisme, dan sekarang diperkenalkan pendekatan lain yaitu (c) pendekatan CTL.

Pendekatan komunatif digunakan untuk mengajarkan bahasa Indonesia kepada pembelajaran. Konsep pendekatannya adalah bahwa bahasa diasumsikan sebagai alat komunikasi. Pendekatan komunikatif digunakan untuk memilih materi yang harus dipelajari oleh pembelajar.

Pendekatan konstruktifisme berasumsi bahwa setiap pembelajar mampu belajar dengan mengontruk rumusan kebenaran berdasarkan perkembangan pikirannya. Pendekatan ini digunakan unruk mendasari pemilihan materi seperti apa yang sesuai dengan tahap perkembangan pikiran belajar. Pendekatan konstruktifisme digunakan untuk melihat tahap perkembangan pikiran belajar.
Pendekatan CTL berasumsi bahwa konteksbelajar menjadi sangat penting dalam belajar pembelajar, termasuk konteks belajar bahasa. CTL lebih memberikan warna pada pentingnya menciptakan atmosfer belajar bagi pembelajar sehingga ketika pembelajar belajar tidak merasa asing dengan sesuatu yang sedang dipelajari.

C. CTL MEMBANGUN PEMIKIR KRITIS DAN KREATIF
Pemikir kritis adalah pemikir ysng msmpu berpikir secara sistematis untuk menemukan kebenaran dengan mengevaluasi bukti-bukti, asumsi, logika dan bhaasa orang lain mendasari pernyataan orang lain tersebut. Seorang pemikir kritis memiliki ciri penanda sebagai berikut:

1. Mampu mengidentifikasi masalah
2. Mampu menemukan sudut pandang
3. Mampu mengajukan alasan
4. Mampu mengemukakan asumsi-asumsi
5. Mampu mengemukakan bahasa dengan jelas
6. Mampu mengemukakan bukti-bukti sebagai pendukung
7. Mampu menarik kesimpulan
8. Mampu melihat implikasi dari kesimpulan yang sudah diambil

D. MEMBANGUN SEMANGAT BELAJAR
CTL mampu memberikan jawaban atas kegagalan pembelajaran secara tradisional yang penuh dengan ceramah dan hafalan. CTL mampu membawa keberhasilan terhdap maayoritas pembelajar yang gagal dalam pembelajaran secara tradisional. Ada beberapa hal yang perlu dikembangakan agar CTL mampu mencapai keberhasilan dengan standar tinggi, yaitu :

a)   Prinsip saling ketergantungan
b)   Prinsip pembelajaran mandiri dan kerjasama
c)   Prinsip kebermaknaan dalam belajar
d)   Pinsip berpikir kritis dan kreatif
e)   Prinsip penilaian secara autentik

E. MENINGKATKAN DAYA SERAP PEMBELAJAR
Pengajar mestinya menghindari kegiatan pengajaran dengan memberi ceramah, dan memperbanyak pemberian kesempatan kepada pembelajar untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya.

Agar pembelajar dapat mencapai kompetensi maksimal, pengajar dapat melakukan berbagai usaha dalam proses pembeljaaran dengan memanfaatkan berbagai materi, metode, teknik, strategi, dan media untuk menunjang proses belajar-mengajar antara pengajar dengan pembelajar melalui materi .
Komponen pembelajaran pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) komponen pokok meliputi pengajar,  materi, dan pembelajar, dan (b) komponen penunjang meliputi metode, teknik, srategi, dan media pembelajar.

F. MODEL CTL BAHASA INDONESIA
Desain pembelajaran secara kontekstual tersebut dapat dirancang dengan memperhatikan komponen pembelajaran sebagai berikut :
1.   Pemilihan materi
2.   Metode pembelajaran
3.   Teknik pembelajaran
(a) Membuat kelompok di anatara pembelajar, (b) Berbagi tugas di antara pembelajar, (c) Saling membantu di antara pembelajar, (d) Saling memberi semangat untuk sukses bersama.
4.   Stategi pembelajaran
(1) Saling memberi dukungan untuk keberhasilan, (2) saling memberi kritik, saran dan masukan, (3) masing-masing pembelajar selalu siap menerima kritik, saran dan masukan sebagai dorongan untuk sukses bersama, (4) setiap pembelajar harus meraskan dan menyadari bahwa andil pembelajar lain harus dihargai sebagai kontributor yang sangat signifikan dalam mencapai suatu keberhasilan.
5.   Media pembelajaran
6.   Interaksi belajar mengajar
7.   Penilaian hasil belajar
Penilain hasil belajar berdasarkan CTL disarankan menggunakan penilaian autentik. Asrtinya, penilaian dengan non-tes, seperti profolio, proyek, njuk kerja adalah bentuk penialaian tepat untuk pembelajaran berdasarkan pendekatan CTL.

DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar