KESOPANAN
DAN INTERAKSI
Makalah disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Prgmatik
Dosen
Pengampu : M. Bayu Firmansyah, S.S, M.Pd
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
1.
ALFA
JULIA (18188201008)
2.
CHANIFAH (18188201018)
3.
FIRDA
ROZIZAH (18188201021)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
ANGKATAN 18A
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.
Dan harap kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharap saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pasuruan, April 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................... 1
1.3 TUJUAN.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
2.1 KESOPANAN........................................................................................................... 3
2.2 KEINGINAN WAJAH............................................................................................. 4
2.3 WAJAH POSITIF DAN WAJAH NEGATIF.......................................................... 4
2.4 DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN : TIDAK BERKATA
APAPUN............... 5
2.5 MENGATAKAN SESUATU : TERCATAT DAN TIDAK TERCATAT.............. 5
2.6 KESOPANAN POSITIF DAN KESOPANAN NEGATIF.................................... 6
2.7 STARTEGI................................................................................................................ 6
2.8 PRA-URUTAN.......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 8
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................... 8
3.2 SARAN...................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 9
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu cabang dari linguistik yang mempelajari tentang
ujaran dari sang penutur adalah pragmatik. Seorang ahli bahasa Leech
mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran di dalam
situasi-situasi tertentu atau dalam konteks tertentu. Atau dengan kata lain
pragmatik adalah ilmu cabang lnguistik yang mengkaji hubungan timbal balik
antara fungsi dan bentuk tuturan. Dan dalam pragmatik inilah terdapat
prinsip-prinsip tentang bagaimana seorang manusia bertutur dalam situasi
tertentu. Salah satu dari prinsip tersebut adalah prinsip kesantunan atau
kesopanan. Dengan mengetahui prinsip-prinsip kesantunan kita sebagai penutur
bisa menerapkan atau mengimplementasikanany dalam situasi atau konteks tertentu
dalam membuat tuturan.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan kesopanan?
2.
Apa
yang dimakasud dengan keinginan wajah?
3.
Apa
yang dimaksud dengan wajah positif dan wajah negatif?
4.
Apa
yang dimaksud dengan diri sediri dan orang lain yang tidak berkata apapun?
5.
Apa
yang dimaksud dengan mengatakan sesuatu tercatat dan tidak tercatat?
6.
Apa
yang dimaksud dengan kesopanan positif dan kesopanan negatif?
7.
Apa
yang dimaksud stragtegi?
8.
Apa
yang dimaksud pra-urutan?
1.3 TUJUAN
1.
Agar
pembaca dapat memahami pengertian kesopanan.
2.
Agar
pembaca dapat memahami pengertian keinginana wajah.
3.
Agar
pembaca dapat memahamii wajah pengertian wajah positif dan wajah negatif.
4.
Agar
pembaca dapat memahami pengertian diri sendiri dan orang lain yang tidak
berkata apapun.
5.
Agar
pembaca dapat memahami pengertian mengatakan sesuatu tercatat dan tidak
tercatat.
6.
Agar
pembaca dapat memahami kesopanan negatif dan kesopanan negatif.
7.
Agar
pembaca dapat memahami pengertian strategi.
8.
Agar
pembaca dapat memahami pengertian pra-urutan.
BAB II
PEMBAHASAN
Agar apa yang
kita katakan dalam interaksi tersebut bermakna, maka kita harus memperhatikan
berbagai macam faktor, yang berkaitan
dengan kesenjangan dan kedekatan sosial. Sebagain dari faktor-faktor ini
terbentuk khusus melalui sesuatu interaksi selain karena faktor luar juga.
Faktor-faktor ini khususnya melibatkan status
relatif partisipan, berdasarkan pada nilai-nilai sosial yang
mengikatnya, misalnya usia dan kekuasaan.
Akan tetapi,
banyak juga faktor-faktor lain, misalnya sejumlah imposisi atau derajat
keberabatan yang sering dipertimbangkan selama terjadi interaksi. Inilah
faktor-faktor internal interaksi dan dapat mengakibatkan kesenjangan sosial sebelumnya
dan dianggap sebagai kelebihan maupun kekurangan selama proses.
Kedua tipe
faktor yaitu, eksternal dan internal, memiliki pengaruh tidak hanya pada apa
yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita menginterasikannya. Investigasi
pengaruh ini biasanya dilakukan dalam bahasan tentang kesopanan.
2.1 KESOPANAN
Sudah sangat lazim apabila kita memperlakukan kesopanan
sebagai suatu konsep yang tegas, seperti gagasan ‘tingkah laku sosial yang
sopan’, atau etiket, terdapat dalam budayanya. Juga dimungkinkan menentukan
sejumlah prinsip-prinsip umum yang berbeda untuk menjadi sopan dalam interaksi
sosial dala suatu budaya khusus. Sebagian dari prinsip-prinsip umum ini
termasuk sifat bijaksana, pemurah, rendah hati, dan simpatik terhadap orang
lain. Dalam suatu interaksi ada tipe khusus kesopanan yang lebih sempit di
tempat kerja.
Kesopanan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang
orang lain. Kesopanan dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan
sosial. Kedekatan sosial ini adalah keakraban, persahabatan, atau
kesetiakawanan.
Contoh
: (1) a. Permisi Pak Bayu,
dapatkah saya bicara dengan bapak sebentar?
(2) b. Hai, Yu, ada
waktu sebentar?
Dalam tipe kedekatan ini terdapat perbedaan dari jarak
kesenjanagan dan jarak kedekatan sosial kekerabatan.
2.2 KEINGINAN
WAJAH
Dalam interaksi sosial mereka sehari-hari, orang biasanya
bertingkah laku seolah-olah harapan-harapan mereka berkenaan dengan nama baik
masyarakat mereka sendiri, atau keinginan wajah mereka, akan dihormati. Jika
seorang penutur menyatakan sesuatu yang mengandung suatu ancaman terhadap
harapan-harapan individu lain berkenaan dengan nama baiknya sendiri, pernyataan
ini dideskripsikan sebagai tindak
ancaman wajah.
Contoh
: Pada pemandangan larut malam,
pada seorang tetangga muda Anda memainkan musik sangat keras dan ada pasangan
orang tua yang akan tidur. Seperti pada contoh berikut. Mengemukakan suatu
tindak ancaman wajah dan yang kain mengusulkan suatu tindak penyelamat wajah.
(3) Suami : “Saya akan mengatakan kepadanya untuk
menghentikan suara yang gaduh
sekarang.”
(4) Istri : “Mungkin kamu hanya
dapat memintanya apakah dia akan segera
menghentikannya karena saat ini sudah larut malam dan
orang-orang perlu tidur.”
Ada macam-macam cara untuk menampilkan tindak
penyelamatan wajah. Pada umumnya diharapkan masing-masing orang akan berusaha
untuk menghormati keinginan wajah orang lain.
2.3 WAJAH
POSITIF DAN WAJAH NEGATIF
Wajah
negatif seseorang ialah kebutuhan untuk merdeka, memiliki kebebasan bertindak,
dan tidak tertekan oleh orang lain. Kata ‘negatif’ tidak berarti ‘jelek’, kata
negatif ini hanya merupakan lawan dari ‘positif’. Sedangkan wajah positif
seseorang ialah kebutuhan untuk dapat diterima, jika mungkin disukai oleh orang
lain, diperlakukan sebagai anggota dari kelompok yang sama dan mengetahui bahwa
keinginannya dimiliki bersama dengan yang lainnya.
Jadi,
tindak penyelamatan wajah yang diwujudkan pada wajah negatif seseorang akan
cenderung untuk menunjukkan rasa hormat, menekankan pentingnya minat dan waktu
orang lain, dan bahkan termasuk permintaan maaf atas pemaksaan atau penyelaan.
Tindakan semacam ini disebut kesopanan negatif.
Tindak
penyelamatan wajah yang berkenaan dengan wajah positif seseorang akan cenderung
memperlihatkan rasa kesetiakawanan, menandakan bahwa kedua penutur menginginkan
sesuatu yang sama, dan mereka memiliki seuatu tujuan yang sama. Tindakan
semacam ini disebut kesopanan positif.
2.4 DIRI
SENDIRI DAN ORANG LAIN : TIDAK BERKATA APAPUN
Salah
satu cara untuk melihat relevansi hubungan antara konsep kesopanan dengan
pemakaian bahasa ialah mengambil peristiwa tutur tunggal dan merencanakan
anggapan yang berbeda yang diasosiasikan dengan kemungkinan ekspresi yang
berbeda yang dipakai dalam peristiwa itu.
Contoh : (5) Anda menghadiri suatu kuliah yang sangat penting,
mengambil buku tulis untuk mencatat, tetapi anda tidak menemukan sesuatupun
yang dapat dipakai untuk menulis. Kemudian anda berpendapat bahwa orang yang
duduk disebelah anda mungkin dapat memberikan solusinya. Dalam adegan ini, anda
menjadi ‘diri anda sendiri’ dan orang disebelah anda adalah ‘orang lain’.
Pilihan anda yang pertama ialah apakah berkata
sesuatu atau tidak. Tentu saja anda dapat mengobrak abrik tas anda dan
mencari-cari didalam tas anda, tanpa mengucapkan sepatah kata katapun, tetapi
dengan maksud samar-samar bahwa masalah anda akan diketahui.
Pendekatan
‘tidak berkata apapun’ ini mungkin dapat berhasil dan mungkin juga tidak.
2.5 MENGATAKAN
SESUATU : TERCATAT DAN TIDAK TERCATAT
Secara
teknis tipe ini dideskripsikan sebagai Tidak tercatat (off record). Dalam
deskrispi biasa, tipe-tipe itu mungkin mengacu pada 'isyarat'.
Pendekatan
langsung dan dikenal sebagai bald on record (yaitu suatu tuturan, misalnya
suatu permintaan yang ditunjukan secara langsung kepada orang lain dimana
tekanan ilokusinya dibuat eksplisit).
Bentuk-bentuk
'bald on record' ini mungkin diikuti oleh pernyataan seperti 'silakan' dan 'maukah anda' yang berfungsi untuk
menghaluskan tuntunan itu dan dinamakan 'mitigating devices' (alat-alat
pereda).
Akan
tetapi, pada umumnya ungkapan-ungkapan 'bald on record' itu diasosiasikan
dengan peristiwa -peristiwa tutur ketika penutur berasumsi bahwa dia memiliki
kekuasaan terhadap orang lain (misalnya, dalam konteks ketentaraan) dan dapat
mengontrol tingkah laku orang lain dengan kata-kata.
2.6 KESOPANAN
POSITIF DAN KESOPANAN NEGATIF
Penggunaan
strategi ini juga menghasilkan bentuk-bentuk yang berisikan ungkapan-ungkapan
permintaan maaf karena suatu pembebanan.
Kepedulian
kita terhadap pragmatik bahasa dalam pemakaian akan lebih relevan, karena
ketersediaan bentuk 'bald on record' dan begitu pula bentuk -bentuk yang tidak
tercatat, yang berarti bahwa penggunaan bentuk penyelamatan wajah yang tercatat
menggambarkan pilihan yang signifikan.
2.7 STARTEGI
Kecenderungan untuk menggunakan bentuk kesopanan positif,
dengan penekanan kedekatan antara penutur dan pendengar, dapat dilihat sebagai
suatu strategi kesetia-kawanan. Strategi yang menerapkan prinsip dalam kelompok
secara keseluruhan atau mungkin hanya sebagai suatu pilihan yang dipakai oleh
seorang penutur secara individu pada kejadian tertentu. Strategi yang
sedemikian ini secara linguistik akan melibatkan informasi seseorang,
penggunaan nama panggilan, bahkan kadang-kadang istilah-istilah kasar, dan
dialek yang dimiliki bersama atau ungkapan-ungkapan kasar lainnya. Seringkali
strategi kesetia-kawanan ini ditandai dengan istilah ‘inclusive’seperti kata ‘kita’ dan ‘marilah kita’, seperti ajakan
ke pesta.
Penggunanaan bentuk kesopanan negatif, dengan menekankan
pada hak kebebasan pendengar, dapat dilihat sebagai suatu strategi
penghormatan. Strategi ini merupakan strategi khusus dari suatu kelompok secara
keseluruhan atau hanya sebagi suatu pilihan yang dipakai pada suatu kejadian
tertetu. Strategi penghormatan dilibatkan dalam strategi yang disebut dengan
‘kesopanan resmi’. Strategi ini tidak berkenan dengan seseorang seakan-akan
tidak ada sesuatu yang dipadukan, dan mungkin termasuk ungkapan-ungkapan yang
tidak mengacu kepada penutur maupun pendengar.
Bahasa yang disosiasikan dengan strategi penghormatan
menekankan kebebasan penutur dan pendengar, yang ditandai dengan kekosongan
tuntutan pribadi.
Tindakan penyelamat wajah sering berjalan dengan baik
sebelum tuturan-tuturan itu diucapkan dalam bentuk pra-urutan.
2.8 PRA-URUTAN
Konsep penyelamatan wajah sangat monolog untuk memahami
bagaimana partisispasi dalam suatu interaksi tidak dapat menghindari diri untuk
mamahami lebih banyak dari yang dikatakan. Dari sudut pandang kesopanan asumsi
dasarnya ialah bahwa wajah secara khusus beresiko apabila melibatkan orang
lain. Risiko yang paling berat muncul ke permukaan apabila orang lain
ditempatkan dalam suatu posisi yang menyulitkan. Salah satu cara untuk
menghindari resiko itu ialah dengan memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk menghentikan tindakan yang beresiko tinggi. Misalnya penutur akan sering mengatakan
apa saja yang dapat dideskripsikan sebagai pra-urutan dari pada membuat suatu
permohonan secara sederhana.
Manfaat dari unsur permohonan ialah bahwa permohonana
awal ini dapat dijawab dengan jawaban ‘teruskan’. Memahami bahwa jawaban
merupakan jawaban terhadap suatu permohonan awal, juga memungkinkan kita untuk
menafsirkan ungkapan ‘maaf’, tidak hanya sebagai suatu permintaan maaf karena
tidak dapat memenuhi permohonan yang diharapkan.
Proses ‘jalan pintas’ yang dimulai dari pra-permohonan
kepada pengabulan permohonan sangat membantu untuk menjelaskan
keganjilan-keganjilan literl dari pola umum. Bentuk jawaban ‘Ya’ merupakan
jawaban positif, tidak untuk pra-permohonan, tetai berlaku untuk permohonan
yang tidak dinyatakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada bab Kesopanan dan Interaksi memiliki beberapa materi
yaitu, Kesopanan, Keinginan Wajah, Wajah Positif Dan Wajah Negatif, Diri
Sendiri Dan Orang Lain : Tidak Berkata Apapun, Mengatakan Sesuatu : Tercatat
Dan Tidak Tercatat, Kesopanan Positif Dan Kesopanan Negatif, Startegi, dan Pra-Urutan.
Ekspresi wajah sudah dapat menentukan tindakan apa yang
akan kita lakukan atau perasaan apa yang sedang kita rasakan. Namun, kita juga
harus bisa tindak pengendalian wajah.
3.2 SARAN
1.
Bagi Mahasiswa
Dalam
penulisan makalah materi berjudul “KESOPANAN DAN INTERAKSI”, diharapkan
agar seluruh mahasiswa mampu menerapkan kegiatan tersebut dengan baik dalam
meningkatkan motivasi belajar.
2.
Bagi Dosen
Dalam
penulisan makalah materi “KESOPANAN DAN INTERAKSI “ penulis menyarankan
kepada dosen pengampu mata kuliah Pragmatik M. Bayu
Firmansyah, S.S, M.Pd memberi bimbingan kepada mahasiswa agar makalah berjalan sesuai
dengan instruksi yang diberikan.
3.
Bagi Perpustakaan
Dalam penulisan makalah
materi “KESOPANAN DAN INTERAKSI“ penulis mengalami
kesulitan dalam mencari data. Diharapkan agar kedepannya dapat menyediakan buku
atau literatur penunjang untuk memudahkan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Yule, George. 2014, Pragmatik. Yogyakarta : Celeban Timur UH III/548