BAB IX
PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
RESUME
Diajukan untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Semester 3
Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118
A. LATAR BELAKANG PBK
Istilah komunikatif
dalam Pengajaran Bahasa (PB) muncul pertama kali dalam makalah Willkins (1972) dengan judul Grammatical, Situational and Notional Syllabus yang disampaikan dalam konferensi
Linguistik Terapan di Copenhage. Sejak itu kepopuleran Pengajaran Bahasa secara
Komunikatif (PBK) menyebar ke seluruh penjuru dunia dan mampu menggoyahkan
konsep pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh kaum Struktural.
Munculnya PBK
mendapat sambutan hangat ahli PB karena dipandang bahwa :
a. PBK mampu
mengubah citra PB yang selalu berorientasi pada kaidah ketatabahasaan yang
dikembangkan kaum Struktural yang dianggap telah gagal mengajarkan bahasa
sesuai dengan fungsinya.
b. PBK mampu
memberikan paradigmashito yang sangat mendasar serta secara radikal memberikan
warna baru terhdap proses belajar bahasa.
c. PBK mampu
menjawab dua pertanyaan pokok dalam pengajaran bahasa yaitu apakah yang
dipelajari, dan bagaimana bahasa harus dipelajari (Das, 1985).
B. KOMPETENSI KOMINKATIF
Istilah kompetensi
Chomsky (1965) diartikan sebagai pengetahuan pembicaraan atau pendengar terhdap
bahasanya (Chomsky, 1965 dalam Canale and Swain, 1980). Dengan kata lain
kompetensi adalah apa yang diketahui oleh si pemakai bahasa. Pendapat Chomsky
ini kemudian meluas dan merambah ke berbagai arah dan menimbulkan pro-kontra.
Kompetensi menurut
Hymes (1971) ditafsirkan sebagai pengetahuan si pembicara mengenai kaidah
kegramatikalan ditambah dengan apa yang ditindakkan oleh pembicara. Sejalan
dengan pendapat Hymes adalah pendapat Terral (1977) bahwa setiap pembelajaran
dapat memahami inti-inti pokok yang dikatakan oleh penutur asli kepadanya dalam
situasi komunikasi nyata dan dapat beresponsi sedemikian rupa sehingga penutur
asli menginterpretasikan respon tersebut dengan sedikit atau tanpa upaya dan
tanpa kesalahan yang membingungkan yang dapat mengganggu komunikasi secara
drastis .
Kompetensi dapat
diartikan sebagai penguasaan sistem dan aturan bahasa yang benar-benar
dihayati, yang memungkinkan kita mengenali struktur lahir dan struktur batin
untuk dapat membedakan kalimat benar dan kalimat salam dan mengerti kalimat
yang belum pernah didengar sebelumnya.
C. PENDEKATAN KOMUNIKATIF
Anthony (1963)
menyatakan bahwa pendekatan adalam seperangkat asumsi yang saling berhubungan
yang menyangkut hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa.
Aural-oral dapat dikatakan sebagai pendekatan karena memiliki asumsi tentang
bahasa sebagai berikut :
a. Bahasa sebagai
lambang bunyi yang bermakna dan bersifat alamiah,
b. Setiap bahasa
memiliki struktur secara khas, dan
c. Struktur bahasa
dapat ditemukan dan dideskripsikan secara sistematis.
Jika komuniatif
dipandang sebagai suatu pendekatan dalam PB, apakah asumsi-asumsi teoriitisnya?
Jika pendapat Das (1985) dapat diterima sebagai salah satu alternatif asumsi
teori komunikatif, ia mengajukan asumsi teoritis yang berhubungan dengan
hakikat bahasa dan bagaimana orang mempelajari bahasa. Asumsi tersebut adalah :
a. Bahasa adalah
seperangkat kaidah yang harus dikuasai oleh pembelajar.
b. Bahasa adalah
kaidah tata bahasa yang menentukan bagaimana kalimat harus disusun dan dapat
mewadahi makna.
c. Pembelajaran
harus memiliki sejumlah kata agar dapat menyusun berbagai variasi kalimat.
d. Jika pembelajar
telah dapat menguasai kaidah ketatabahasaan, ia akan dapat menggunakan bahasa
dalam berbagai kegiatan komunikasi.
e. Kaidah
ketatabahasaan, baik secara sadar maupun ambang sadar dapat dipelajari secara
induktif maupun secara deduktif.
f. Berbagai
pengetahuan mengenai kaidah ketatabahasaan baik secara sadar maupun ambang
sadar diinternalisasikan sebalum pengetahuan kaidah tersebut digunakan untuk
berkomunikasi.
g. Kaidah
ketatabahasaan dipelajari dan diinternalisasikan secara berurutan dalam waktu
ataupun pada waktu yang berbeda.
Asumsi teoritis di
atas jika diamati seperti terdapat dua versi asumsi yaitu pertama asumsi yang
menekankan komunikasi sebagai tujuan belajar bahasa dan asumsi kedua menekankan
komunikasi sebagau produk belajar bahasa.
D. METODE KOMUNIKATIF
Metode adalah
rancangan mneyeluruh untuk menyajikan secara sistematis materi bahasa sehingga
tidak ada bagian-bagian yang yang saling bertentangan karena semua rancangan
telah didasarkan pada satu pendekatan tertentu (Anthony, 1963). Anthony tidak
menyinggung masalah desain secara eksplisit sedangkan Richards secara eksplisit
memasukkan desain sebagai komponen metode. Desain didalamnya mengandung unsur :
a. Suatu pengertian
isi bahasa, spesifikasi seleksi dan organisasi,
b. Spesifikasi
peranan pembelajar,
c. Spesifikasi
peranan guru, dan
d. Spesifikasi
peranan materi.
Prosedur merupakan
deskripsi teknik dan tahap dalam sistem pengajaran. Jika kita mengacu teori
Richards and Rodgers, metode komunikatif didalamnya harus terkandung elemen
pendekatan komunikatif, desain komuikatif serta prosedur pengajaran
komunikatif.
E. SILABUS KOMUNIKATIF
Silabus yang
bersifat analitis tidak mementingkan analisis sistem bahasa dal am
kepingan-kepingan, tetapi mementingkan tujuan seperti apa yang ingin dicapai
oleh pembelajar serta tidak bahasa yang bagaimana yang diperlukan untuk
mencapai tujuan. Ada beberapa penyederhanaan fungsi komunikatif bahasa yang
dapat digunakan untuk penyusunan silabus.
a. Wilkins (1973,
1976 dalam Kaswanti, 1987) mengklasifikasi fungsi komunikatif bahasa sebagai
berikut :
1) Modality
2) Moral discipline and evaluation
3) Rational inquiry and exposition
4) Suasion
5) Argument
6) Personal emotions, dan
7) Interpersonal relations
b. Finnochiaro
(1977) mengklasifikasi fungsi komunikatif bahasa sebagai berikut :
1) Personal
2) Interpersonal
3) Directive
4) Referensial, dan
5) Imaginative
c. Blundell,
Higgens dan Middlemise (1987) mengklasifikasi fungsi komunikatif bahasa sebagai
berikut :
1) Informational, attitudinal dan active
2) Social formulas
3) Pelumas komunikasi (berupa partikel
pementing)
4) Informasi kebahasaan (instrumental, regulatory, representational, interactional, personal,
heuristic dan imaginative)
Silabus komunikatif
harus mengandung komponen-komponen sebagai berikut :
1) Terdapat perumasan tujuan secara jelas.
2) Terdapat seting yang jelas baik berupa aspek
fisik maupun seting sosial.
3) Terdapat peranan pembelajar
4) Tergambar peristiwa komunikatif yang
menujukkan peranan pembelajar.
5) Tergambar fungsi bahasa yang diperlukan
pembelajar dalam bahasa itu.
6) Terdapat nosi atau apakah yang diperlukan
pembelajar untuk dapat mengatakan sesuatu.
7) Keterampilan merajut wacana bersama.
8) Terdapat variasi bahasa sasaran yang
diperlukan pembelajar.
9) Isi
ketatatabahasaan yang diperlukan.
10) Isi kosakata
yang diperlukan.
F. KEBARUAN PBK
Periodisasi sejara
perkembangan PB dapat digolongkan ke dalam 4 periode (Stern, 1986) yaitu:
1. Periode pertama pada dekade 1880-1920
ditandai dengan metode langsung.
2. Periode kedua pada dekade 1920-1940 ditandai
dengan metode kompromi, reading method, Basic English, Modern Foreign Language
Study.
3. Periode ketiga pada dekade 1940-1950
ditandai dengan pendekatan Linguistik terhadap PB, American Army Method, dan
Intensive Languange Teaching; dekade 1950-1960 ditandai Audiolingual di Amerika
dan Audiovisual di Prancis dan Inggris, Laboratorium bahasa serta ketenaran
Psycholinguistic; dekade 1960-1970 teori tingkah laku Audiolingual
dipertentangkan dengan beljaar secara kognitif; impact teori Chomsky terhadap
Sosiolonguistik; metode penelitian dan metode baru.
4. Periode keempat pada dekade 1970-1980
ditandai dengan pudarnya konsep metode sebelumnya dan beralih pada metode baru;
pada dekade 1980-an ditandai dengan pendekatan komunikatif yang lahir dari
beberapa konsep teori.
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
No comments:
Post a Comment