Friday, November 22, 2019

PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


BAB IX
PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Semester 3

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd

  
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

A. LATAR BELAKANG PBK
Istilah komunikatif dalam Pengajaran Bahasa (PB) muncul pertama kali dalam makalah Willkins (1972) dengan judul Grammatical, Situational and Notional Syllabus yang disampaikan dalam konferensi Linguistik Terapan di Copenhage. Sejak itu kepopuleran Pengajaran Bahasa secara Komunikatif (PBK) menyebar ke seluruh penjuru dunia dan mampu menggoyahkan konsep pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh kaum Struktural.
Munculnya PBK mendapat sambutan hangat ahli PB karena dipandang bahwa :
a. PBK mampu mengubah citra PB yang selalu berorientasi pada kaidah ketatabahasaan yang dikembangkan kaum Struktural yang dianggap telah gagal mengajarkan bahasa sesuai dengan fungsinya.
b. PBK mampu memberikan paradigmashito yang sangat mendasar serta secara radikal memberikan warna baru terhdap proses belajar bahasa.
c. PBK mampu menjawab dua pertanyaan pokok dalam pengajaran bahasa yaitu apakah yang dipelajari, dan bagaimana bahasa harus dipelajari (Das, 1985).

B. KOMPETENSI KOMINKATIF
Istilah kompetensi Chomsky (1965) diartikan sebagai pengetahuan pembicaraan atau pendengar terhdap bahasanya (Chomsky, 1965 dalam Canale and Swain, 1980). Dengan kata lain kompetensi adalah apa yang diketahui oleh si pemakai bahasa. Pendapat Chomsky ini kemudian meluas dan merambah ke berbagai arah dan menimbulkan pro-kontra.

Kompetensi menurut Hymes (1971) ditafsirkan sebagai pengetahuan si pembicara mengenai kaidah kegramatikalan ditambah dengan apa yang ditindakkan oleh pembicara. Sejalan dengan pendapat Hymes adalah pendapat Terral (1977) bahwa setiap pembelajaran dapat memahami inti-inti pokok yang dikatakan oleh penutur asli kepadanya dalam situasi komunikasi nyata dan dapat beresponsi sedemikian rupa sehingga penutur asli menginterpretasikan respon tersebut dengan sedikit atau tanpa upaya dan tanpa kesalahan yang membingungkan yang dapat mengganggu komunikasi secara drastis .

Kompetensi dapat diartikan sebagai penguasaan sistem dan aturan bahasa yang benar-benar dihayati, yang memungkinkan kita mengenali struktur lahir dan struktur batin untuk dapat membedakan kalimat benar dan kalimat salam dan mengerti kalimat yang belum pernah didengar sebelumnya.

C. PENDEKATAN KOMUNIKATIF
Anthony (1963) menyatakan bahwa pendekatan adalam seperangkat asumsi yang saling berhubungan yang menyangkut hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa. Aural-oral dapat dikatakan sebagai pendekatan karena memiliki asumsi tentang bahasa sebagai berikut :
a. Bahasa sebagai lambang bunyi yang bermakna dan bersifat alamiah,
b. Setiap bahasa memiliki struktur secara khas, dan
c. Struktur bahasa dapat ditemukan dan dideskripsikan secara sistematis.

Jika komuniatif dipandang sebagai suatu pendekatan dalam PB, apakah asumsi-asumsi teoriitisnya? Jika pendapat Das (1985) dapat diterima sebagai salah satu alternatif asumsi teori komunikatif, ia mengajukan asumsi teoritis yang berhubungan dengan hakikat bahasa dan bagaimana orang mempelajari bahasa. Asumsi tersebut adalah :
a. Bahasa adalah seperangkat kaidah yang harus dikuasai oleh pembelajar.
b. Bahasa adalah kaidah tata bahasa yang menentukan bagaimana kalimat harus disusun dan dapat mewadahi makna.
c. Pembelajaran harus memiliki sejumlah kata agar dapat menyusun berbagai variasi kalimat.
d. Jika pembelajar telah dapat menguasai kaidah ketatabahasaan, ia akan dapat menggunakan bahasa dalam berbagai kegiatan komunikasi.
e. Kaidah ketatabahasaan, baik secara sadar maupun ambang sadar dapat dipelajari secara induktif maupun secara deduktif.
f. Berbagai pengetahuan mengenai kaidah ketatabahasaan baik secara sadar maupun ambang sadar diinternalisasikan sebalum pengetahuan kaidah tersebut digunakan untuk berkomunikasi.
g. Kaidah ketatabahasaan dipelajari dan diinternalisasikan secara berurutan dalam waktu ataupun pada waktu yang berbeda.

Asumsi teoritis di atas jika diamati seperti terdapat dua versi asumsi yaitu pertama asumsi yang menekankan komunikasi sebagai tujuan belajar bahasa dan asumsi kedua menekankan komunikasi sebagau produk belajar bahasa.

D. METODE KOMUNIKATIF
Metode adalah rancangan mneyeluruh untuk menyajikan secara sistematis materi bahasa sehingga tidak ada bagian-bagian yang yang saling bertentangan karena semua rancangan telah didasarkan pada satu pendekatan tertentu (Anthony, 1963). Anthony tidak menyinggung masalah desain secara eksplisit sedangkan Richards secara eksplisit memasukkan desain sebagai komponen metode. Desain didalamnya mengandung unsur :
a. Suatu pengertian isi bahasa, spesifikasi seleksi dan organisasi,
b. Spesifikasi peranan pembelajar,
c. Spesifikasi peranan guru, dan
d. Spesifikasi peranan materi.
Prosedur merupakan deskripsi teknik dan tahap dalam sistem pengajaran. Jika kita mengacu teori Richards and Rodgers, metode komunikatif didalamnya harus terkandung elemen pendekatan komunikatif, desain komuikatif serta prosedur pengajaran komunikatif.
E. SILABUS KOMUNIKATIF
Silabus yang bersifat analitis tidak mementingkan analisis sistem bahasa dal am kepingan-kepingan, tetapi mementingkan tujuan seperti apa yang ingin dicapai oleh pembelajar serta tidak bahasa yang bagaimana yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Ada beberapa penyederhanaan fungsi komunikatif bahasa yang dapat digunakan untuk penyusunan silabus.
a. Wilkins (1973, 1976 dalam Kaswanti, 1987) mengklasifikasi fungsi komunikatif bahasa sebagai berikut :
1)   Modality
2)   Moral discipline and evaluation
3)   Rational inquiry and exposition
4)   Suasion
5)   Argument
6)   Personal emotions, dan
7)   Interpersonal relations

b. Finnochiaro (1977) mengklasifikasi fungsi komunikatif bahasa sebagai berikut :
1)   Personal
2)   Interpersonal
3)   Directive
4)   Referensial, dan
5)   Imaginative

c. Blundell, Higgens dan Middlemise (1987) mengklasifikasi fungsi komunikatif bahasa sebagai berikut :
1)   Informational, attitudinal dan active
2)   Social formulas
3)   Pelumas komunikasi (berupa partikel pementing)
4)  Informasi kebahasaan (instrumental, regulatory, representational, interactional, personal, heuristic dan imaginative)

Silabus komunikatif harus mengandung komponen-komponen sebagai berikut :
1)   Terdapat perumasan tujuan secara jelas.
2)   Terdapat seting yang jelas baik berupa aspek fisik maupun seting sosial.
3)   Terdapat peranan pembelajar
4)   Tergambar peristiwa komunikatif yang menujukkan peranan pembelajar.
5)   Tergambar fungsi bahasa yang diperlukan pembelajar dalam bahasa itu.
6)   Terdapat nosi atau apakah yang diperlukan pembelajar untuk dapat mengatakan sesuatu.
7)   Keterampilan merajut wacana bersama.
8)   Terdapat variasi bahasa sasaran yang diperlukan pembelajar.
9)   Isi ketatatabahasaan yang diperlukan.
10) Isi kosakata yang diperlukan.

F. KEBARUAN PBK
Periodisasi sejara perkembangan PB dapat digolongkan ke dalam 4 periode (Stern, 1986) yaitu:
1.   Periode pertama pada dekade 1880-1920 ditandai dengan metode langsung.
2.   Periode kedua pada dekade 1920-1940 ditandai dengan metode kompromi, reading method, Basic English, Modern Foreign Language Study.
3.   Periode ketiga pada dekade 1940-1950 ditandai dengan pendekatan Linguistik terhadap PB, American Army Method, dan Intensive Languange Teaching; dekade 1950-1960 ditandai Audiolingual di Amerika dan Audiovisual di Prancis dan Inggris, Laboratorium bahasa serta ketenaran Psycholinguistic; dekade 1960-1970 teori tingkah laku Audiolingual dipertentangkan dengan beljaar secara kognitif; impact teori Chomsky terhadap Sosiolonguistik; metode penelitian dan metode baru.
4.   Periode keempat pada dekade 1970-1980 ditandai dengan pudarnya konsep metode sebelumnya dan beralih pada metode baru; pada dekade 1980-an ditandai dengan pendekatan komunikatif yang lahir dari beberapa konsep teori.

DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar

No comments:

Post a Comment