Thursday, September 19, 2019

PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM BELAJAR BAHASA


BAB II
PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM BELAJAR BAHASA

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Semester 3

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd

  
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118


A. PENGERTIAN PENDEKATAN PSIKOLOGI
Menurut Anythony, 1985:  199; Richards,1986: 14. Pendekatan merupakan latar belakang filosofis mengenai pokok bahasan yang hendak diajarkan.
Belajar bahasa adalah proses bahasa, baik pada bahasa pertama dan bahasa kedua. Penguasaan bahasa ini meliputi penguasaan secara alamiah (acquisition) maupun secara formal (learning) (Krashen, 1981: 40)

B. PENDEKATAN BEHAVIORISME
Ivan Pavlov melakukan eksperimen terhadap anjing untuk pandangan tentang belajar. Seekor anjing dikurung selama berhari-hari lalu diperdengarkan bunyi bel. Saat bel itu berbunyi, Ivan menaburkan bubuk daging kepada anjing tersebut, anjing itu membuka mulut dan mengeluarkan air liur. Cara ini dilakukan berkali-kali, dan akhirnya Ivan memutuskan untuk tetap membunyikan bel dan tidak memberikan bubuk daging kapada anjing tersebut. Tetapi setiap mendengarkan bel, anjing itu teap mengeluarkan air liur meskipun tidak diberi makan. Hal ini anjing dapat belajar dari kebiasaan.

Tidak kepada anjing saja, tetapi cara ini juga dilakukan terhadap manusia, yaitu :
a. Belajar adalah proses membentuk asosiasi antara stimus dan respon secara reflektif.
b. Proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
c. Prinsip belajar pada dasarnya merupakan untaian stimulus respons.
d. Pavlov menyangkal adanya kemampuan bawaan.
e. Setiap pembelajaran memerlukan clasical conditioning.

Eksperimen Pavlov kemudian dikembangkan oleh pengikutnya yaitu B.F. Skinner (1993) dan hasilnya dipublikasikan dengan judul Behavior of Organism. Skinner menyangkal adanya kemampuan bawaan dan meyakini bahwa belajar perlu clasical conditioning dan operan conditioning. Skinner juga menyimpulkan, stimulus yang diberikan pada pembelajaran (terciptanya situasi kelas yang kondusif) akan  menghasilkan respons tertentu. Respon tersebut akan menjadi stimulus baru dan akan menghasilkan respon baru yang lain.

Perbedaan dari penemuan Pavlov dan Skinner adalah Skinner menambahkan nosi reinforcement (penguatan) dan pengajaran terprogram (rote learning).
Belajar bahasa berlangsung melalui 5 tahapan : trial and error, mengingat-ingat, menirukan, mengasosiasikan, dan menganalogi.
Dalam eksperimen Pavlov dan Skinner dapat disimpulkan :
a. Pembelajaran bahasa dapat diamati berdasarkan tingkah laku bahasanya.
b. Pembelajaran bahasa berdasarkan langkah-langkah eksperimennya dilakukan secara ilmiah.
c. Pembelajaran bahasa dilakukan secara terprogram dan bertahap, dan memberikan arti penting pada nosi penguatan baik berupa ganjaran maupun hukuman.

C. PENDEKATAN KOGNITIVISME
Menurut kaum kognitivis yang dikemukakan oleh David Ausubel (1965) yaitu belajar adalah proses penuh makna dalam memperlautkan kejadian atau bahan (informasi) baru dengan konsep dan proporsi-proporsi yang sudah ada dalam kognis anak.

Berdasarkan pandangan kaum kognitiv, kaum behavioris ditentang keras oleh kaum mentalis yang mendasarkan pandangannya pada psikologi kognitif. Kaum mentalis yang bertumpu pada psikologi kognitif didukung oleh MacNamara (1973) menyatakan bahwa anak memiliki untuk belajar bahasa serta kepala manusia terdapat semacam lumbung leksikon.

Krashen (1977; 1982) proses pembelajaran bahasa berdasarkan pandangan kognitif mengemukakan beberapa hipotensi : Hipotensi pertama, hipotensi pemerolehan dan pembelajar bahasa. Hipotensi kedua, hipotensi monitor. Hipotensi ketiga, hipotensi urutan alamiah. Hipotensi keempat, hipotensi input. Hipotensi kelima, hipotensi saringan afektif.

D. PENDEKATAN HUMANISME
Pandangan humanistik dikembangkan oleh Carl Rogers (1951), yaitu : Pandangan ini lebih memiliki fokus afektif, Rogers mengkaji manusia sebagai makhluk yang utuh (makhluk kognitif dan emosional), guru adalah orang yang tau segalanya, guru harus tampil dengan jujur dan bersedia untuk bersikap terbuka bahwa guru itu tidak mengetahui segalanya, dll. Paul Fraire (1970). Dalam pembelajaran, siswa boleh bekerjasama dengan gurunya. Dan pendidikan dilakukan hingga benar-benar siswa melakukan belajar mandiri.

E. PANDANGAN KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme dianggap sebagai perkembangan lebih lanjut dari pandangan psikologi kognitif Piaget maupun Vygotsky (Sukman, 2008). Penerapan dalam belajar, beberapa pandangan kaum konstruktivis, yaitu : belajar merupakan proses aktif dalam mengkonstruksi makna, belajar bukan sekedar hubungan stimulus-respons, belajar lebih menekankan pada proses, dll.

F. IMPLIKASIKAN DALAM PEMBELAJARAN BI
Bloomfield (1985) mengemukakan bahwa pelajaran bahasa yang benar harus berhasil membentuk kebiasaan berbahasa yang secara asosiatif dilakukan secara lisan. Sebagi bukti keberhasilan, Bloomflied secara bangga memberikan contoh umum bahwa di Eropa pengajaran bahasa berhasil karena disana ada kesesuaian anatar metode mengajar dengan proses fundamental belajar bahasa. Kesalahan yang dianggap paling fatal oleh Bloomfield adalah pembelajaran bahasa dipandang sebagai penyampaian fakta bahasa dan diajarkan secara terpisah.

Jika ingin memutakhirkan proses belajar bahasa Indonesia di sekolah seharusnya kita tidak perlu terbawa arus dan ikut terjun ke  kancah perdebatan , tetapi akan lebih menguntungkan apabila dalam pembelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan pada terjaganya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masing-masing pendekatan.

Peran motivasi, konteks sosial , karakteristik individu sangat menentukan tigkat pemahaman bagi siswa/siswi.


DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar


No comments:

Post a Comment