BAB II
PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM BELAJAR BAHASA
RESUME
Diajukan untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Semester 3
Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 18 A
STKIP–STIT PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118
A. PENGERTIAN PENDEKATAN PSIKOLOGI
Menurut Anythony,
1985: 199; Richards,1986: 14. Pendekatan
merupakan latar belakang filosofis mengenai pokok bahasan yang hendak
diajarkan.
Belajar bahasa
adalah proses bahasa, baik pada bahasa pertama dan bahasa kedua. Penguasaan
bahasa ini meliputi penguasaan secara alamiah (acquisition) maupun secara formal (learning) (Krashen, 1981: 40)
B. PENDEKATAN BEHAVIORISME
Ivan Pavlov
melakukan eksperimen terhadap anjing untuk pandangan tentang belajar. Seekor
anjing dikurung selama berhari-hari lalu diperdengarkan bunyi bel. Saat bel itu
berbunyi, Ivan menaburkan bubuk daging kepada anjing tersebut, anjing itu membuka
mulut dan mengeluarkan air liur. Cara ini dilakukan berkali-kali, dan akhirnya
Ivan memutuskan untuk tetap membunyikan bel dan tidak memberikan bubuk daging
kapada anjing tersebut. Tetapi setiap mendengarkan bel, anjing itu teap
mengeluarkan air liur meskipun tidak diberi makan. Hal ini anjing dapat belajar
dari kebiasaan.
Tidak kepada anjing
saja, tetapi cara ini juga dilakukan terhadap manusia, yaitu :
a. Belajar adalah
proses membentuk asosiasi antara stimus dan respon secara reflektif.
b. Proses belajar
akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
c. Prinsip belajar
pada dasarnya merupakan untaian stimulus respons.
d. Pavlov
menyangkal adanya kemampuan bawaan.
e. Setiap
pembelajaran memerlukan clasical
conditioning.
Eksperimen Pavlov kemudian
dikembangkan oleh pengikutnya yaitu B.F. Skinner (1993) dan hasilnya
dipublikasikan dengan judul Behavior of Organism. Skinner menyangkal adanya
kemampuan bawaan dan meyakini bahwa belajar perlu clasical conditioning dan operan
conditioning. Skinner juga menyimpulkan, stimulus yang diberikan pada
pembelajaran (terciptanya situasi kelas yang kondusif) akan menghasilkan respons tertentu. Respon
tersebut akan menjadi stimulus baru dan akan menghasilkan respon baru yang
lain.
Perbedaan dari penemuan
Pavlov dan Skinner adalah Skinner menambahkan nosi reinforcement (penguatan) dan pengajaran terprogram (rote learning).
Belajar bahasa
berlangsung melalui 5 tahapan : trial
and error, mengingat-ingat, menirukan, mengasosiasikan, dan menganalogi.
Dalam eksperimen
Pavlov dan Skinner dapat disimpulkan :
a. Pembelajaran
bahasa dapat diamati berdasarkan tingkah laku bahasanya.
b. Pembelajaran
bahasa berdasarkan langkah-langkah eksperimennya dilakukan secara ilmiah.
c. Pembelajaran
bahasa dilakukan secara terprogram dan bertahap, dan memberikan arti penting
pada nosi penguatan baik berupa ganjaran maupun hukuman.
C. PENDEKATAN KOGNITIVISME
Menurut kaum kognitivis yang dikemukakan oleh David Ausubel (1965) yaitu belajar adalah proses
penuh makna dalam memperlautkan kejadian atau bahan (informasi) baru dengan
konsep dan proporsi-proporsi yang sudah ada dalam kognis anak.
Berdasarkan pandangan
kaum kognitiv, kaum behavioris ditentang keras oleh kaum mentalis yang
mendasarkan pandangannya pada psikologi kognitif. Kaum mentalis yang bertumpu
pada psikologi kognitif didukung oleh MacNamara (1973) menyatakan bahwa anak
memiliki untuk belajar bahasa serta kepala manusia terdapat semacam lumbung
leksikon.
Krashen (1977;
1982) proses pembelajaran bahasa berdasarkan pandangan kognitif mengemukakan
beberapa hipotensi : Hipotensi pertama,
hipotensi pemerolehan dan pembelajar bahasa. Hipotensi kedua, hipotensi monitor. Hipotensi ketiga, hipotensi urutan alamiah. Hipotensi keempat, hipotensi input. Hipotensi kelima, hipotensi saringan afektif.
D. PENDEKATAN HUMANISME
Pandangan humanistik
dikembangkan oleh Carl Rogers (1951), yaitu : Pandangan ini lebih
memiliki fokus afektif, Rogers mengkaji manusia sebagai makhluk yang utuh
(makhluk kognitif dan emosional), guru adalah orang yang tau segalanya, guru
harus tampil dengan jujur dan bersedia untuk bersikap terbuka bahwa guru itu
tidak mengetahui segalanya, dll. Paul Fraire (1970). Dalam pembelajaran, siswa
boleh bekerjasama dengan gurunya. Dan pendidikan dilakukan hingga benar-benar
siswa melakukan belajar mandiri.
E. PANDANGAN KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme dianggap
sebagai perkembangan lebih lanjut dari pandangan psikologi kognitif Piaget
maupun Vygotsky (Sukman, 2008). Penerapan dalam belajar, beberapa pandangan
kaum konstruktivis, yaitu : belajar merupakan proses aktif dalam
mengkonstruksi makna, belajar bukan sekedar hubungan stimulus-respons, belajar
lebih menekankan pada proses, dll.
F. IMPLIKASIKAN DALAM PEMBELAJARAN BI
Bloomfield (1985)
mengemukakan bahwa pelajaran bahasa yang benar harus berhasil membentuk
kebiasaan berbahasa yang secara asosiatif dilakukan secara lisan. Sebagi bukti
keberhasilan, Bloomflied secara bangga memberikan contoh umum bahwa di Eropa
pengajaran bahasa berhasil karena disana ada kesesuaian anatar metode mengajar
dengan proses fundamental belajar bahasa. Kesalahan yang dianggap paling fatal
oleh Bloomfield adalah pembelajaran bahasa dipandang sebagai penyampaian fakta
bahasa dan diajarkan secara terpisah.
Jika ingin
memutakhirkan proses belajar bahasa Indonesia di sekolah seharusnya kita tidak
perlu terbawa arus dan ikut terjun ke
kancah perdebatan , tetapi akan lebih menguntungkan apabila dalam
pembelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan pada terjaganya syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh masing-masing pendekatan.
Peran motivasi,
konteks sosial , karakteristik individu sangat menentukan tigkat pemahaman bagi
siswa/siswi.
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015, Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
No comments:
Post a Comment