BAB IV
PRAANGGAPAN
DAN ENTAILMEN
RESUME
Diajukan
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pragmatik
Semester
4
Dosen
Pengampuh
M.
Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun
Oleh :
Alfa
Julia (18188201008)
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
ANGKATAN
18 A
UNIVERSITAS
PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki
Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118
Preposisi dan keberadaan entailmen dianggap jauh
lebih memusat terhadap pragmatik di waktu lampau daripada di waktu sekarang.
Presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian
sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presupposisi adalah penutur,
bukan kalimat. Entailmen adalah sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti
apa yang ditegaskan di dalam tuturan. Yang memiliki entailmen adalah kalimat,
bukan penutur.
PRESUPPOSISI
/ PRAANGGAPAN
Dalam analisis tentang bagaimana asumsi-asumsi
penutur diungkapkan secara khusus, presupposisi sudah diasosiasikan dengan
pemakaian sejumlah besar kata, frasa, dan struktur.
JENIS-JENIS
PRESUPPOSISI
Kita akan menganggap bentuk-bentuk linguistik ini
sebagai petunjuk-petunjuk presupposisi potensial, yang hanya akan
menjadi presupposisi yang sebenarnya dalam konteks dengan penutur.
Ada sejumlah bentuk lain yang mungkin paling baik
dianggap sebagai sumber presupposisi leksikal. Pada umumnya, dalam presupposisi
leksikal, pemakaian suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara
konvensional ditafsirakan dengan presupposisi bahwa suatu makna lain (yang
tidak dinyatakan) dipahami.
Di dalam kasus preupposisi leksikal, pemakaian
ungkapan khusus oleh penutur diambil unruk mempraanggapkan sebuah konsep lain
(tidak dinyatakan), sedangkan pada kasus presupposisi faktif, pemakaian
ungkapan khusus diambil untuk mempra-anggapkan kebenaran informasi yang
dinyatakan setelah itu.
Di samping presupposisi yang diasosiasikan dengan
pemakaian kata-kata dan frasa-frasa tertentu, ada pula presupposisi struktural.
Dalam hal ini, struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai
presupposisi secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah
diasumsikan kebenarannya.
Presupposisi yang didasarkan sevara struktur yang
sedemikian boleh jadi mewakili cara-cara yang halus untuk membuat informasi
yang diyakini penutur muncul menjadi apa yang diyakini oleh pendengar.
Presupposisi non-aktif adalah suatu presupposisi
yang diasumsikan tidak benar. Kata-kata kerja seperti ‘bermimpi’, ‘membayangkan’,
dan ‘berpuran-pura’. Counter-factual presupposisi yang berarti bahwa apa yang
dipra-anggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi merupakan kebalikan dari benar,
tetapi merupakan kebalikan dari benar, atau bertolak belakang dengan kenyataan.
Keberadaan presupposisi non-aktif merupakan bagian
masal yang menarik dalam analisis tuturan yang memiliki struktur kompleks untuk
ditelaah pada bgaian mendatang, biasanya ditunjukkan sebagai ‘masalah proyeksi’
MASALAH
PROYEKSI
Ada suatu harapan dasar bahwa presupposisi kalimat
sederhana akan berlangsung benar apabila kalimat sederhana itu menjadi bagian dari
kalimat yang lebih kompleks. Ini salah satu versi gagasan umum bahwa arti dari
keseluruhan kalimat itu merupakan gabungan dari arti bagian-bagian kalimat itu,
akan tetapi, arti dari sebagian presupposisi tidak mampu menjadi arti dari
beberapa kalimat kompleks. Hal ini dikenal sebagai masalah proyeksi.
Sebagai bukti presupposisi-presupposisi itu tidak ‘memproyeksikan’
presupposisi-presupposisi itu dirusak oleh entailmen. Ingat bahwa eantailmen
ialah sesuatu yang mesti mengikuti apa yang dinyatakan. Pengaruh entailmen juga
dapat dipakai untuk meniadakan presupposisi yang ada.
ENTAILMEN
TERSUSUN
Entailmen itu sebenarnya bukan konsep pragmatik,
tetapi malah dianggap sebagai suatu konsep logis yang murni, yang disimbolkan
dengan | |-. Penutur berkomunikasi sevara khusus dengan cara penekanan, dimana
entailmen diasumsikan sebagai bagian terdepan, atau lebih penting untuk
menginterpretasikan makna yang dimaksudkan dari pada makna lainnya.
Salah satu fungsi penekanan dalam bahasa inggris
dalam pendekatan ini ialah secara jelas terkait dengan penandaan asumsi utama
penutur dalam menghasilkan tuturan. Dengan begitu, tekanan ini membiarkan
penutur untuk menilai pendengar apa fokus pesan itu, dan apa yang sedang
diasumsikan. Tuturan itu merupakan sebuah tuturan yang menyampaikan sesuatu
yang lebih banyak dari pada yang dikatakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Yule, George. 2014, Pragmatik. Yogyakarta : Celeban Timur UH III/548
No comments:
Post a Comment