Thursday, April 16, 2020

KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR


BAB V
KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pragmatik

Semester 4

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd


Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
ANGKATAN 18 A
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

Penutur dan pendengar yang terlibat dalam percakapan umumnya salaing bekerja sama. Misalnya, untuk keberhasilan suatu referensi, diharapkan kerja sama menjadi faktor utama. Maksud bentuk kerja sama disini adalah kerja sama yang sederhana di mana orang-orang yang sedang berbicara umumnya tidak diasumsikan untuk berusaha membingungkan, mempermainkan, atau menyembunyikan informasi yang relevan satu sama lain.
Ungkapan-ungkapan lain sepertinya tidak berujung yaitu ‘bisnis ya bisnis’ atau ‘anak laki-laki ya tetap anak laki-laki’ tersebut Tautologi (Pengulangan kata tanpa menambah kejelasan). Jika ungkapan-ungkapan itu dipakai dalam percakapan, dengan jelas penutur bermaksud untuk menyampaikan informasi yang lebih banyak dari pada yang dikatakan. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, yang disebut dengan implikatur. Implikatur adalah contoh utama dari banyaknya informasi yang disampaikan dari pada yang dikatakan. Supaya implikatur-implikatur tersebut dapat ditafsirkan maka beberapa prinsip kerja sama dasar harus lebih dini diasumsikan dalam pelaksanannya.

PRINSIP KERJA SAMA
Konsep tentang adanya sejumlah informasi yang diharapkan terdapat dalam suatu percakapan hanya merupakan salah satu aspek gagasan yang lebih umum bahwa orang-orang yang terlibat dalam suatu percakapan akan bekerja sama satu sama lain. Pada banyak kesempatan, asumsi kerja sama itu begitu meresap sehingga asumsi kerjasama dapat dinyatakan sebagai suatu prinsip kerja sama percakapan dan dapat dirinci ke dalam empat sub-prinsip, yang disebut dengan maksim.
Penting bagi kita untuk mengetahui maksim-maksim sebagai asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan dalam suatu percakapan. Kita berasumsi bahwa biasanya orang akan membersihkan sejumlah informasi yang tepat, kita berasumsi bahwa mereka mengatakan informasi yang benar, yang relevan, dan mencoba menjadikannya sejelas mungkin. Karena psinsip-prinsip ini disumsikan dalam interaksi normal, maka penutur jarang menyebutkan mereka. Akan tetapi ada beberapa jenis ungkapan tertentu yang dipakai oleh penutur untuk menandai bahwa ungkapan-ungkapan itu berbahaya bila tidak sepenuhnya mengikuti prinsip-prinsip itu. Jenis ungkapan-ungkapan ini disebut pembatas.

PEMBATAS
Yang penting dalam maksim kualitas untuk interaksi kerja sama dalam bahasa inggris mungkin paling baik diukur dengan sejumlah ungkapan-ungkapan yang kita gunakan untuk menunjukkan bahwa apapun yang sedang kita katakan mungkin tidak sepenuhnya tepat. Catatan yang hati-hati, atau pembatas, dari tipe ini juga dapat dipakai untuk menunjukkan bahwa penutur sadar tentang maksim kuantitas, seperti dalam frasa-frasa pembuka.
Pembatas merupakan petunjuk yang bagus bahwa penutur tidak hanya sadar tentang maksim-maksim, tetapi mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mencoba untuk meneliti maksim-maksim itu.

IMPLIKATUR PERCAKAPAN
Asumsi dasar percakapan adalah jikalau tidak ditunjukkan sebaliknya, bahwa peserta-pesertanya mengikuti prinsip kerja sama dan maksim-maksim. Penting dicatat bahwa penutur yang menyampaikan makna lewat implikatur dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat inferensi. Kesimpulan yang sudah dipilih ialah kesimpulan yang mempertahankan asumsi kerja sama.

IMPLIKATUR PERCAKAPAN UMUM
Sejumlah implikaatur percakapan umum yang lain secara umum disampaikan didasarkan pada suatu skala nilai dan oleh karenanya dikenal sebagai implikatur berskala.
\
IMPLIKATUR BERSKALA
Informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas.Dasar implikatur berskala ialah bahwa semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun dalam skala itu dinyataka. Dengan adanya batasan implikatur berskala, konsekuensinya adalah, dalam mengatakan ‘sebagian dari mata pelajaran yang dipersyaratkan’, penutur juga menciptakan implikatur lain (misal; + > tidak sebagain besar, + > tidak banyak). Apabila penutur melanjutkan untuk menjelaskan mata pelajaran linguistik itu maka kita akan mengetahui lebih banyak implikatur berskala lagi.
Banyak implikatur berskala yang dihasilkan dengan menggunakan ungkapn-ungkapan yang mungkin tidak kita pikirkan dengan cepat sebagai bagian dari suatu skala. Salah satu ciri yang terlihat pada implikatur berskala ialah apabila penutur mengoreksi diri tentang beberapa rincian, seperti membatalkan salah satu dari implikatur berskala.

IMPLIKATUR PERCAKAPAN KHUSUS
Seluruh implikatur telah diperhitungkan tanpa adanya pengetahuan khusus terhdap konteks tertentu.Akan tetapi, sering kali percakapan kita terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana kita kita mengasumsikan informasi yang sedemikian dipersyaratkan untuk menentukan maksud yang disampaikan menghasilkan implikatur percakapan khusus.

SIFAT-SIFAT IMPLIKATUR PERCAKAPAN
Seluruh implikatur yang kita pikirkan sudah ditempatkan dalam percakapan dengan inferensi-inferensi yang dibuat oleh orang-orang yang mendengar tuturan-tuturan itu dan berusaha untuk mempertahankan asumsi interaksi kerja sama. Karena implikatur ini merupakan bagian dari informasi yang disampaikan dan tidak dikatakan, penutur selalu dapat memungkiri bahwa mereka bermaksud untuk menyampaikan maksud-maksud. Implikatur-implikatur percakapan itu dapat dipungkiri secara eksplisit dengan cara-cara yang berbeda. Implikatur percakapan dapat diperhitungkan, ditangguhkan, dibatalkan, dan ditegaskan kembali. Tidak satupun dari sifat-sifat ini yang menggunakan implikatur percakapan.

IMPLIKATUR KONVENSIONAL
Implikatur ini yang dibahas sejauh ini, implikatur konvensional tidak disarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percapan, dan tidak bergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikanya. Implikatur ini diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata itu digunakan.
Bagi kenyataan ahli bahasa, gagasan/dugaan implikatur adalah salah satu dari konsep utama dalam pragmatik. Impikatur tertentu saja merupakan suatu contoh yang utama dari lebih banyak yang disampaikan dari pada yang dikatakan. Bagi ahli-ahli bahasa tersebut, konsep utama yang lain dalam pragmatik adalah pengamatan bahwa tuturan-tuturan itu memperlihatkan tindakan-tindakan yang secara umum dikenal sebagai ‘tindak tutur’.

DAFTAR PUSTAKA
Yule, George. 2014, Pragmatik. Yogyakarta : Celeban Timur UH III/548

Friday, April 3, 2020

PRAANGGAPAN DAN ENTAILMEN


BAB IV
PRAANGGAPAN DAN ENTAILMEN

RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pragmatik

Semester 4

Dosen Pengampuh
M. Bayu Firmansyah, M.Pd



                     Disusun Oleh :
Alfa Julia (18188201008)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
ANGKATAN 18 A
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 67118

Preposisi dan keberadaan entailmen dianggap jauh lebih memusat terhadap pragmatik di waktu lampau daripada di waktu sekarang. Presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presupposisi adalah penutur, bukan kalimat. Entailmen adalah sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti apa yang ditegaskan di dalam tuturan. Yang memiliki entailmen adalah kalimat, bukan penutur.
PRESUPPOSISI / PRAANGGAPAN
Dalam analisis tentang bagaimana asumsi-asumsi penutur diungkapkan secara khusus, presupposisi sudah diasosiasikan dengan pemakaian sejumlah besar kata, frasa, dan struktur.

JENIS-JENIS PRESUPPOSISI
Kita akan menganggap bentuk-bentuk linguistik ini sebagai petunjuk-petunjuk presupposisi potensial, yang hanya akan menjadi presupposisi yang sebenarnya dalam konteks dengan penutur.
Ada sejumlah bentuk lain yang mungkin paling baik dianggap sebagai sumber presupposisi leksikal. Pada umumnya, dalam presupposisi leksikal, pemakaian suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirakan dengan presupposisi bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan) dipahami.
Di dalam kasus preupposisi leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil unruk mempraanggapkan sebuah konsep lain (tidak dinyatakan), sedangkan pada kasus presupposisi faktif, pemakaian ungkapan khusus diambil untuk mempra-anggapkan kebenaran informasi yang dinyatakan setelah itu.
Di samping presupposisi yang diasosiasikan dengan pemakaian kata-kata dan frasa-frasa tertentu, ada pula presupposisi struktural. Dalam hal ini, struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai presupposisi secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya.
Presupposisi yang didasarkan sevara struktur yang sedemikian boleh jadi mewakili cara-cara yang halus untuk membuat informasi yang diyakini penutur muncul menjadi apa yang diyakini oleh pendengar.
Presupposisi non-aktif adalah suatu presupposisi yang diasumsikan tidak benar. Kata-kata kerja seperti ‘bermimpi’, ‘membayangkan’, dan ‘berpuran-pura’. Counter-factual presupposisi yang berarti bahwa apa yang dipra-anggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi merupakan kebalikan dari benar, tetapi merupakan kebalikan dari benar, atau bertolak belakang dengan kenyataan.
Keberadaan presupposisi non-aktif merupakan bagian masal yang menarik dalam analisis tuturan yang memiliki struktur kompleks untuk ditelaah pada bgaian mendatang, biasanya ditunjukkan sebagai ‘masalah proyeksi’

MASALAH PROYEKSI
Ada suatu harapan dasar bahwa presupposisi kalimat sederhana akan berlangsung benar apabila kalimat sederhana itu menjadi bagian dari kalimat yang lebih kompleks. Ini salah satu versi gagasan umum bahwa arti dari keseluruhan kalimat itu merupakan gabungan dari arti bagian-bagian kalimat itu, akan tetapi, arti dari sebagian presupposisi tidak mampu menjadi arti dari beberapa kalimat kompleks. Hal ini dikenal sebagai masalah proyeksi.
Sebagai bukti presupposisi-presupposisi itu tidak ‘memproyeksikan’ presupposisi-presupposisi itu dirusak oleh entailmen. Ingat bahwa eantailmen ialah sesuatu yang mesti mengikuti apa yang dinyatakan. Pengaruh entailmen juga dapat dipakai untuk meniadakan presupposisi yang ada.

ENTAILMEN TERSUSUN
Entailmen itu sebenarnya bukan konsep pragmatik, tetapi malah dianggap sebagai suatu konsep logis yang murni, yang disimbolkan dengan | |-. Penutur berkomunikasi sevara khusus dengan cara penekanan, dimana entailmen diasumsikan sebagai bagian terdepan, atau lebih penting untuk menginterpretasikan makna yang dimaksudkan dari pada makna lainnya.
Salah satu fungsi penekanan dalam bahasa inggris dalam pendekatan ini ialah secara jelas terkait dengan penandaan asumsi utama penutur dalam menghasilkan tuturan. Dengan begitu, tekanan ini membiarkan penutur untuk menilai pendengar apa fokus pesan itu, dan apa yang sedang diasumsikan. Tuturan itu merupakan sebuah tuturan yang menyampaikan sesuatu yang lebih banyak dari pada yang dikatakan.

DAFTAR PUSTAKA
Yule, George. 2014, Pragmatik. Yogyakarta : Celeban Timur UH III/548